Mohon tunggu...
Maisya Syifa Ramadina
Maisya Syifa Ramadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

“A well-educated mind will always have more questions than answers.” –Helen Keller

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

We Listen, We Don't Judge: Harmoni Nilai Pancasila

19 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 20 Desember 2024   17:34 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konten "We Listen, We Don't Judge" Sumber: Tiktok

Penulis 1: Maisya Syifa Ramadina 

Penulis 2: Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H., M. Irfan Adriansyah, S.Pd.

Di tengah derasnya arus teknologi dan budaya digital, sebuah frasa sederhana, "we listen, we don't judge", menjadi topik hangat di media sosial. Frasa ini mencerminkan kebutuhan mendesak masyarakat modern akan ruang aman untuk berbagi cerita tanpa takut dihakimi. Dengan lebih dari 25.000 tagar di Tiktok, konsep ini menggema di kalangan mereka yang mendambakan hubungan yang lebih bermakna dan autentik.

Namun, mendengarkan tanpa menghakimi bukan hanya soal memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara. Ini juga menyangkut penghormatan terhadap sisi tersembunyi seseorang baik berupa cerita, pengalaman, atau pandangan yang selama ini ditutupi demi menjaga harmoni. Jika dilihat lebih dalam, konsep ini memiliki relevansi dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua tentang kemanusiaan, sila ketiga tentang persatuan, dan sila keempat tentang musyawarah. Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan, pendekatan ini dapat menjadi alat untuk mempererat relasi antarmanusia di tengah tantangan zaman.

Walaupun konsep ini tampak sederhana, terdapat sejumlah kendala yang sering dihadapi dalam penerapannya, antara lain:

1. Ketakutan akan Penghakiman

Banyak individu yang ragu untuk terbuka karena khawatir akan penilaian negatif atau stigma sosial. Hal ini sering menghambat komunikasi yang jujur dan konstruktif.

2. Harmoni Semu

Hubungan yang terlihat harmonis di luar sering kali menyembunyikan konflik atau perasaan terpendam akibat kurangnya dialog yang mendalam.

3. Kekurangan Empati

Budaya digital yang serba cepat mendorong reaksi instan, sehingga mendengarkan dengan penuh empati kerap kali terabaikan.

Oleh karenanya, nilai-nilai luhur Pancasila menawarkan panduan yang relevan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini mengajarkan penghormatan terhadap martabat manusia, termasuk menghargai cerita dan pandangan yang berbeda. Dengan mendengarkan tanpa menghakimi, kita memperkuat nilai keadilan dan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun