Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, telah lama dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Kalimantan Selatan. Selama periode 2016-2020, sektor pertanian di wilayah ini mengalami dinamika yang menarik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari perubahan iklim hingga perkembangan teknologi.Â
  Padi Sebagai sumber karbohidrat utama, padi tetap menjadi komoditas andalan petani Astambul. Data Dinas Pertanian Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa pada tahun 2020, produksi padi di Kecamatan Astambul meningkat dibandingkan tahun 2016. Kenaikan produksi ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana pertanian, serta penerapan teknologi budidaya yang lebih baik.
  Selain padi, komoditas hortikultura seperti cabai, terong, tomat, dan sayuran daun lainnya juga memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat. Hortikultura ini umumnya dibudidayakan pada lahan-lahan yang lebih kecil dan dipasarkan ke pasar-pasar lokal maupun regional. Buah-buahan seperti jeruk, mangga, dan durian menjadi komoditas unggulan lainnya. Jeruk Siam Astambul, misalnya, terkenal dengan kualitasnya yang manis dan segar. Potensi pengembangan agrowisata berbasis jeruk juga semakin menarik minat investor.
  El Nio dan La Nina yang terjadi secara bergantian menyebabkan ketidakpastian iklim, seperti kekeringan panjang atau banjir bandang. Hal ini berdampak pada produksi pertanian, terutama padi yang sangat sensitif terhadap ketersediaan air. Serangan hama dan penyakit tanaman semakin sering terjadi, menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani. Hama seperti wereng coklat dan penyakit blas menjadi ancaman serius bagi tanaman padi. Harga jual produk pertanian seringkali tidak stabil, dipengaruhi oleh faktor pasar global dan musim panen. Fluktuasi harga ini membuat petani sulit merencanakan produksi dan pendapatan.
  Banyak petani di Astambul masih menggunakan teknologi pertanian tradisional. Keterbatasan akses terhadap teknologi modern seperti mesin pertanian, pupuk organik, dan sistem irigasi yang efisien menjadi kendala dalam meningkatkan produktivitas. Persaingan pasar yang semakin ketat, baik dari produsen lokal maupun impor, menuntut petani untuk terus meningkatkan kualitas produknya.
  Penerapan sistem pertanian berkelanjutan yang memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial dapat meningkatkan produktivitas jangka panjang dan menjaga kelestarian lingkungan. Petani dapat melakukan diversifikasi produk untuk mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga. Misalnya, selain padi, petani dapat mengembangkan budidaya tanaman pangan lainnya seperti jagung, kedelai, atau kacang tanah. Pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan seperti keripik, selai, atau sirup dapat meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang daya simpan produk.
  Pembentukan kelompok tani dapat memperkuat posisi tawar petani dalam negosiasi harga, akses terhadap input produksi, serta mendapatkan informasi pasar yang lebih baik. Penggunaan teknologi informasi dapat membantu petani dalam memperoleh informasi pasar, prakiraan cuaca, dan teknik budidaya yang lebih baik. Potensi agrowisata di Astambul, terutama berbasis buah-buahan, dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan petani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H