Mohon tunggu...
Maisa Sakinah
Maisa Sakinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harus Memilih Teman

16 Juni 2023   09:54 Diperbarui: 16 Juni 2023   10:00 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam agama Islam, memilih kawan atau teman yang baik sangat penting karena teman memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Islam mengajarkan nilai-nilai persaudaraan, solidaritas, dan hubungan yang sehat antara sesama muslim. Dalam konteks ini, kisah Nur Amalina Che Bakri, seorang mahasiswi Malaysia yang menentang arus dan tidak mengikuti gaya hidup umum remaja sebayanya, menjadi contoh yang relevan. Kasusnya menunjukkan pentingnya hati-hati dalam memilih kawan dan bagaimana pilihan tersebut dapat berdampak besar pada hidup seseorang.

Nur Amalina Che Bakri adalah seorang mahasiswi kedokteran yang menolak untuk mengikuti tren mode, gaya hidup yang berlebihan, dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Sikapnya yang berbeda membuatnya menghadapi tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya, terutama teman-teman sebayanya yang menganggapnya aneh atau ketinggalan zaman.

Dalam Islam, ada tuntunan yang jelas dalam memilih kawan atau teman. Al-Quran menekankan pentingnya bergaul dengan orang yang beriman dan menjauhi teman yang buruk atau yang membawa pengaruh negatif. Rasulullah Muhammad saw. juga memberikan nasihat yang relevan, mengingatkan umatnya bahwa seseorang cenderung menyerupai agama temannya.

Tafsir surah Al-Furqan ayat 27-28

Al-Quran menggambarkan sebuah keadaan seseorang yang menyesal karena tidak mengikuti jalan rasul sebab salah dalam memilih teman. Gambaran tersebut diabadikan dalam surah Al-Furqan [25]: 27

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya) seraya berkata: Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”

Al-Furqan [25]: 28

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا

“Celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)”

Disebutkan dalam Tafsir Al-Azhar jilid 7, 5026, latar belakang turunnya ayat di atas adalah seorang pemuka Quraisy bernama Uqbah bin Abu Mu’aith. Sebelum memeluk Islam, Uqbah memiliki hubungan sangat baik dengan Rasulullah saw. Uqbah sering bertukar pikiran dan bergaul dengan Nabi, sehingga ia mengucapkan syahadat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun