Tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya peran teknologi dalam segala bidang kehidupan, termasuk di antaranya adalah bidang kesehatan, terutama di tengah era modern ini di mana kemajuan digital dan inovasi terus mengalir tanpa henti. Dalam konteks perkembangan yang berkesinambungan tersebut, perkembangan teknologi kedokteran telah menghasilkan perubahan yang jauh lebih dari sekadar berarti dalam aspek layanan kesehatan yang dijalankan. Salah satu fokus utama dari perkembangan teknologi kedokteran adalah mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-3, yaitu "Memastikan Kesehatan dan Kesejahteraan untuk Semua Usia". Dalam pandangan netral, penting untuk menilik bagaimana pengembangan teknologi kedokteran berkontribusi pada transformasi teknologi kesehatan yang terfokus pada penyedia layanan kesehatan yang presisi.
Beberapa teknologi kecerdasan buatan (AI) terbukti mampu melakukan optimasi klasifikasi gambar biomedis, AI digunakan untuk memecahkan masalah pada ilmu diagnostik (Halim Wendy, Paulus M. 2022). Konsep presisi dalam layanan kesehatan muncul dari pemahaman bahwa setiap individu memiliki ciri khas, baik dari segi genetik maupun faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mereka. Teknologi presisi memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi risiko kesehatan secara lebih akurat, meresepkan pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan memantau respons terhadap pengobatan dengan lebih efektif.
Salah satu contoh nyata pengembangan teknologi kedokteran yang mendukung transformasi teknologi kesehatan yang presisi adalah penggunaan genomika. Pemahaman lebih dalam tentang genetika individu memungkinkan pengembangan pengobatan yang disesuaikan dengan pola genetik. Melalui analisis genom, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi potensi risiko genetik terkait penyakit tertentu dan merencanakan intervensi sejak dini. Contoh penerapan ini adalah pengobatan kanker yang diarahkan secara genetik, di mana terapi disesuaikan dengan mutasi genetik yang ditemukan dalam sel kanker.
Wijaya, C. A., dan Muchtaridi, M. (2017) menyebutkan dalam penelitiannya obat anti-kanker yang telah ada sangat tidak spesifik untuk selsel kanker dan menyebabkan kematian pada sel-sel sehat dalam pengobatan kemoterapi. Terapi gen dapat dilihat sebagai terapi baru yang ampuh untuk meminimalkan atau mengatasi masalah tersebut. Dari beberapa penelitian yang ditelaah dari sumber data ulasan, terapi gen dengan virus menunjukkan dapat ditoleransi dengan baik dan secara parsial efektif dalam penyusutan tumor.Terjadi peningkatan waktu kelangsungan hidup pada pasien.
Di samping genomika, teknologi lain seperti pemantauan kesehatan wearable dan alat-alat medis berbasis AI juga memberikan sumbangan penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang presisi. Alat pemantauan kesehatan seperti gelang pintar dan jam tangan cerdas memungkinkan individu untuk memantau parameter vital mereka secara real-time. Data yang dikumpulkan dapat dianalisis menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi tren dan perubahan yang mungkin mengindikasikan masalah kesehatan. Hal ini memungkinkan intervensi lebih cepat dan efektif. Jam tangan pintar tingkat konsumen telah merambah ruang penelitian kesehatan dengan cepat sejak tahun 2014. Fungsi teknis jam tangan pintar, penerimaan, dan efektivitasnya dalam mendukung kesehatan harus divalidasi dalam penelitian lapangan yang lebih besar yang melibatkan partisipan yang hidup dengan kondisi yang ditargetkan oleh perangkat ini (Reeder B. dan David, 2016).
Namun, dalam konteks pengembangan teknologi kedokteran, terdapat sejumlah pertimbangan netral yang perlu diperhatikan. Pertama, aksesibilitas dan kesetaraan dalam pemanfaatan teknologi menjadi hal yang krusial. Meskipun teknologi kedokteran menjanjikan kemajuan besar, penting bahwa akses terhadap teknologi ini tidak hanya terbatas pada golongan tertentu saja. Upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat, termasuk yang berada di daerah terpencil dan berpenghasilan rendah, dapat merasakan manfaatnya.
Kedua, aspek privasi dan keamanan data juga harus diperhatikan secara serius. Seiring bertambahnya pengumpulan data kesehatan, tujuan utamanya adalah untuk melindungi data pribadi. Kemajuan teknologi medis harus memenuhi standar etika dan peraturan yang ketat untuk memastikan bahwa informasi kesehatan individu tidak disalahgunakan atau dibagikan tanpa izin.
Dalam kesimpulan, pengembangan teknologi kedokteran memiliki potensi besar untuk mentransformasi layanan kesehatan menuju presisi, sesuai dengan SDG 3. Teknologi seperti genomika, pemantauan kesehatan wearable, dan kecerdasan buatan telah membawa perubahan signifikan dalam cara diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit dilakukan. Namun, pengembangan teknologi kedokteran harus dijalankan dengan pandangan netral yang mempertimbangkan aksesibilitas, kesetaraan, privasi, dan keamanan data. Hanya dengan mempertimbangkan semua aspek ini, kita dapat mencapai transformasi teknologi kesehatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip SDG 3 dan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas.
Referensi:
Halim, W., & Mudjihartono, P. (2022). Kecerdasan Buatan dalam Teknologi Kedokteran: Survey Paper. KONSTELASI: Konvergensi Teknologi dan Sistem Informasi, 2(1).
Reeder, B., & David, A. (2016). Health at hand: A systematic review of smart watch uses for health and wellness. Journal of biomedical informatics, 63, 269-276.