Pada era globalisasi ini, media sosial menjadi salah satu kebutuhan pokok untuk mempermudahkan manusia dalam mengeksplorasi banyak hal, seperti seputar kesehatan, fashion, kuliner, berinteraksi dalam skala global, dan aktivitas lainnya yang mempermudah keingintahuan dan membantu sesama individu.
Masa pandemi membuat sebagian besar aktivitas terhenti agar terhindar dari penularan wabah covid-19, termasuk penutupan sementara lembaga pendidikan. Hal ini berdampak pada individu baik anak, remaja maupun dewasa. Dalam sudut pandang psikologis, membantu dan menolong orang lain dengan tujuan mengubah keadaan fisik dan psikologis menjadi lebih baik dikenal dengan perilaku prososial.
Dampak dari disrupsi membuat teknologi semakin berkembang, dan individu harus bisa menyesuaikan diri termasuk dalam penggunaan di media sosial. Media sosial menjadi wadah mendapatkan bantuan atau membantu orang lain saat mengalami musibah, misalnya memberikan perhatian, melakukan empati bahkan dapat menolong secara langsung dalam bentuk memberikan donasi.
Perilaku prososial mencakup beberapa tindakan yakni, menolong, berbagi, kerjasama, bertindak jujur, dan menyumbang. Â Individu yang berperilaku prososial dapat memberikan pertolongan tanpa adanya motif atau maksud lain atas pertolongannya.
Pola tindakan seperti ini sering ditemui di aktivitas relawan baik secara langsung maupun tidak langsung (media sosial), seperti seseorang yang menyebarluaskan peristiwa-peristiwa yang menurut mereka layak untuk disebarluaskan atau kejadian peristiwa bencana alam yang sedang terjadi dan dialami di tempat mereka dengan harapan orang lain ikut terlibat dalam proses tolong menolong, walaupun hanya sekedar memberikan simpati.
Namun, tidak semua remaja berinisiatif untuk memposting di media sosial milik pribadinya untuk berbagi informasi, seperti halnya dalam penelitian yang dilakukan tim Program Kreaktivitas Mahasiswa - Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Syiah Kuala yang meneliti "Dampak Penggunaan Sosial Media terhadap Perilaku Prososial Pada Remaja SMA Banda Aceh".
Hasil yang diperoleh oleh tim setelah melakukan riset yaitu perilaku prososial pada media sosial masih tergolong rendah. Cenderung remaja yang enggan berperilaku prososial di media sosial dikarenakan ia yang lebih memilih untuk fokus terhadap dirinya sendiri dan merasa akan ada pihak lain yang akan lebih proaktif, atau berpikir hal itu pasti lambat laut akan terselesaikan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang menjadikan individu hidup dengan lebih individualis atau cenderung bersikap mementingkan dirinya sendiri. Dengan banyaknya aktivitas dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, menjadikan seseorang cenderung lebih fokus pada diri sendiri dan kurang memberikan perhatian terhadap lingkungan sosial sekitarnya.
Tidak hanya itu, banyak ditemukan remaja saat ini yang kecanduan media sosial. Apabila tidak mampu membatasi diri dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, remaja berisiko melakukan perilaku yang tidak terpuji, hal ini dikarenakan remaja berada dalam fase pencarian identitas diri yang membutuhkan peran dari keluarga dan lingkungannya. Remaja juga berada dalam kondisi kebingungan karena tidak mampu menentukan aktivitas yang positif bagi dirinya, serta keingintahuan terhadap hal yang belum diketahuinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H