Mohon tunggu...
Mainrana J Juanna
Mainrana J Juanna Mohon Tunggu... -

Dunia adalah hal yang nyata dan seperti itulah adanya, Menyenangkan atau membosankan, membahagiakan atau menyengsarakan sangat tergantung dari cara pandang kita kepadanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

50 Ribu Rupiah

22 Juni 2010   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jam 9 malam aku di keluarkan dari ATM oleh seorang pria paruh baya, di lihat dari seragam dan raut mukanya dia adalah seorang pegawai rendahan yang lebih banyak mengeluh dari pada gajinya. Aku langsung dimaksukkan ke kantong celananya yang kemungkinan sudah 5 hari tidak dicuci. Kemudian aku dibawah berjalan jalan dengan sepeda motor. Di dalam perjalanan aku tidak bisa istirahat dengan tenang karena bau yang tidak sedap.

Untung perjalanan ini tidak terlalu jauh, rupanya dia mampir ke warung kopi. Aku pun dikeluarkan kantong celananya, aku ditukarkan dengan segelas kopi dan sebungkus rokok. Aku pun sekarang berpindah tangan ke seorang tukang warung, seorang ibu muda. Aku masih bisa merasakan kelembutan tangan ibu muda itu ketika menerimaku, badanku dirapikan dan diluruskan setelah sekian lama meringkuk dalam kantong yang bau. Sementara pemilik pertamaku tadi telah menempati kursi kosong dan menikmati kopi dan rokoknya seakan akan dunia ini hanya miliknya seorang. Aku pun dimasukkan dalam laci oleh ibu muda tadi, sebuah tempat yang gelap dan memiliki aroma yang lebih baik dari kantong bapak tadi. Di dalam laci ini ternyata aku tetap tidak bisa beristirahat dengan tenang. Suara canda mereka dan sesekali aroma asap rokok yang menyelinap masuk ke laci ini ternyata sangat mengganggu. Aku sempat tertidur waktu pengunjung sudah mulai berkurang, suara mereka sudah mulai agak tenang.

Tiba tiba aku di kejutkan dengan suara mobil truk yang mampir ke warung ini. Dua orang yang berbadan besar dan bersuara keras dengan logat khas meminta dibuatkan kopi, mereka cuma berdua tetapi suara mereka sangat mengganggu. Setelah mereka selesai aku sedikit lega karena berfikir bisa istirahat, tetapi aku sangat terkejut ketika ibu warung membuka laci dan mengangkatku dari sana, ibu itu langsung menyerahkan aku. Ingin rasanya aku berteriak meminta kepada ibu warung untuk tidak menyerahkan aku kepada dua orang yang bertampang sangar itu, tapi apa daya aku tak sanggup melakukan itu.

Aku pun dimasukkan kedalam sebuah dompet dan dompet itu kemudian dimasukkan kedalam kantong celananya. Aku tidak mau membicarakan lagi tentang aroma di dalam sini karena tentu pembaca ceritaku ini sudah bisa menerka penderitaan yang aku rasakan. Setelah mereka naik keatas truknya, ya Tuhan penderitaanku bertambah badan meraka berat sekali.

berlanjut,...

M.J Juanna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun