istirahat. Makan siang dulu. Aku sudah lapar," ujarku lelah.
Aku berhenti dan duduk di atas rumput. Kuraih kantong plastik berisi makanan. "Ayo, Jun, kitaKami dalam perjalanan pulang dari rumah Eyang Tarjo di bukit Semriwing. Ia dukun sakti mandraguna. Aku menemani Junaidi, mencari pelet pengasihan. Sahabatku itu sudah putus asa karena Heni, gadis yang ditaksirnya tak kunjung menerima cintanya.
Junaidi mengangguk dan menerima nasi bungkus yang kusodorkan.
"Jangan lupa dengan daunnya, Jun," kataku seusai makan.
Sahabatku tak menyahut. Ia menyobek daun pisang pembungkus nasi dan mengunyahnya.
"Kenapa daunnya dimakan?" Aku mengernyit heran.
"Lah, katamu tadi?"
"Maksudku jangan lupa daunnya dibuang! Jangan mikirin Heni melulu!"
Junaidi melengos.
Kotabaru, 4 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H