dokter spesialis jantung yang kompeten. Sungguh ironis, kematian Bryan disebabkan oleh serangan jantung: myocardial infark, bidang yang sangat dikuasainya.
Namanya Yuriana Juana. Usianya 29 tahun. Ia baru saja mengubur suaminya yang ketiga, Bryan rekan sejawatku. Bryan adalahYuri tampak menunduk di pusara, wajah cantiknya tersamar selendang hitam yang menutupi kepala. Pemakaman sudah sepi dari pelayat, menyisakan kerabat dan kami sahabat almarhum.
Aku bergerak hendak menghampiri Yuri. Sore ini adalah shift jagaku, aku harus kembali ke rumah sakit.
"Hei, kau mau ke mana John? Jauhi janda kembang itu!" Kevin menarik bahuku.
"Apa maksudmu? Yuri adalah isteri rekan kita. Please, jangan ngomong kasar begitu," ujarku geram dengan gigi rapat.Â
Â
"Kau tahu maksudku, John," tukasnya," jangan jatuh pada pesonanya. Perempuan itu iblis, John."
Aku menggeleng. "Aku cuma mau pamit pulang. Sore ini giliranku jaga."
Kevin melepas cengkramannya.
Aku pun bergegas mendatangi Yuri, kupandang wajah dukanya saat mengucapkan salam perpisahan. Tampak lingkaran hitam di mata sembabnya, kelihatan ia tidak tidur semalam. Mungkin menjaga Brian di masa kritisnya.
"Yur, aku turut berduka. Kamu yang sabar, ya," ujarku meremas bahunya lembut.
"Terima kasih, John," jawabnya pelan, nyaris tidak terdengar di telingaku.