dokter spesialis jantung yang kompeten. Sungguh ironis, kematian Bryan disebabkan oleh serangan jantung: myocardial infark, bidang yang sangat dikuasainya.
Namanya Yuriana Juana. Usianya 29 tahun. Ia baru saja mengubur suaminya yang ketiga, Bryan rekan sejawatku. Bryan adalahYuri tampak menunduk di pusara, wajah cantiknya tersamar selendang hitam yang menutupi kepala. Pemakaman sudah sepi dari pelayat, menyisakan kerabat dan kami sahabat almarhum.
Aku bergerak hendak menghampiri Yuri. Sore ini adalah shift jagaku, aku harus kembali ke rumah sakit.
"Hei, kau mau ke mana John? Jauhi janda kembang itu!" Kevin menarik bahuku.
"Apa maksudmu? Yuri adalah isteri rekan kita. Please, jangan ngomong kasar begitu," ujarku geram dengan gigi rapat.Â
Â
"Kau tahu maksudku, John," tukasnya," jangan jatuh pada pesonanya. Perempuan itu iblis, John."
Aku menggeleng. "Aku cuma mau pamit pulang. Sore ini giliranku jaga."
Kevin melepas cengkramannya.
Aku pun bergegas mendatangi Yuri, kupandang wajah dukanya saat mengucapkan salam perpisahan. Tampak lingkaran hitam di mata sembabnya, kelihatan ia tidak tidur semalam. Mungkin menjaga Brian di masa kritisnya.
"Yur, aku turut berduka. Kamu yang sabar, ya," ujarku meremas bahunya lembut.
"Terima kasih, John," jawabnya pelan, nyaris tidak terdengar di telingaku.
Kutepuk pelan pundaknya lalu bergegas ke Toyota Camri yang kuparkir di bahu jalan.
****
Dulu aku pernah menyukai Yuri, sekitar lima tahun lalu sebelum ia menikah dengan suaminya yang pertama. Kala itu aku sedang menjalani PPDS Jantung dan Yuri perawat di ICCU. Kami sempat jalan bersama.
Kemudian Yuri di jodohkan oleh orangtuanya dengan Tomo, suaminya yang pertama. Seorang pengusaha muda, rekan ayah Yuri. Kami pun berpisah baik-baik. Di kantor, kami tetap bersikap profesional.
Setahun kemudian Tomo meninggal akibat kecelakaan kereta api. Lalu Yuri mulai sering curhat kepadaku. Hubungan kami pun kembali menjadi dekat.
Aku tidak tahu perasaan apa yang kumiliki terhadap Yuri. Namun, ketika ia hendak menikah lagi setahun kemudian, aku tetap mendukungnya. Kali ini ia menikah dengan Yadi, seorang arsitek yang dikenalnya lewat facebook. Dua tahun kemudian Yadi pun meninggal, terjatuh dari gedung proyek yang dikerjakannya.
Saat itu di kalangan perawat beredar isu bahwa Yuri adalah perempuan bahu laweyan, dan kabarnya ada tanda toh putih di punggung kirinya. Menurut mereka Yuri tidak boleh menikah, karena suaminya akan mengalami kesialan hingga kematian.
Aku tidak percaya pada takhayul dan aku tidak pernah melihat punggung Yuri.
Lalu beberapa bulan kemudian aku menerima undangan pernikahan dari Yuri dan Bryan.
Â
***
Sebulan berlalu. Pekerjaanku bertambah banyak dengan pasien yang ditinggalkan Bryan.
"Dok, ini inform consent Pak Rudy. Dokter bisa menjadwalkan tindakan operasinya untuk besok?"
Kulirik daftar tindakan di white board. Aku mengangguk. " Selipkan di antara pukul tiga sore, ya."
Perawat itu bernama Kiki, ia menatapku. "Dokter John sudah tahu berita tentang Yuri? Dia pindah, Dok, rumahnya dijual. Dia sudah mengundurkan diri minggu lalu."
"Pindah ...?"
"Iya. Minggu sebelumnya Elga membawa Yuri ke dukun pintar. Katanya Yuri hanya berjodoh dengan lelaki yang ada tanda toh di selangkangan kanan. Aneh, kan, Dok? Bagaimana mungkin Yuri bisa mencari jodoh seperti itu?"
Aku terkejut, teringat tanda toh di selangkangan kananku. Apakah artinya ...?
Aku mengangkat telepon, mencoba menghubungi Yuri.
Telepon genggamnya tidak aktif.
Aku menghela napas dalam, mengusap wajahku.
Yuri ..., bisikku dalam hati.
=============================
Catatan:
myocardial infark = sumbatan aliran darah ke jantung
PPDS Jantung = Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung
ICCU = Intensive Cardiologi Care Unit
inform consent = persetujuan pasien untuk melakukan tindakan medis
perempuan bahu laweyan = perempuan yang mempunyai keistimewaan
toh = semacam tahi lalat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H