Oleh: R.Mailindra (twitter: @mailindra) [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Skyfall Poster"][/caption]
Di luar kebiasaan, sungguh berani, pikirku setelah menonton film James Bond terbaru, Skyfall.
Sudah nonton? Tontonlah kalau mencari hiburan film action yang menghibur.
Namun aku tidak sedang mempromosikan film itu. Tulisan ini adalah buah ketakjuban dari keberanian sang sutradara Skyfall untuk melanggar banyak pola dan stereotype yang sudah mereka bangun di film-film jagoan MI6 itu sebelumnya.
Berikut adalah pelanggaran yang aku tangkap:
1.Gagal di awal
Setelah adegan kejar-kejaran antara jagoan kita ini dengan musuh yang berhasil mencuri hardisk—mulai dari mobil lalu sepeda motor—Bond dan pembunuh bayaran itu terlibat duel di kereta api. Bond kena tembak dan sudah kehilangan pistolnya. Tekanan ditambah karena hitman itu berhasil memutus rantai sambungan gerbong, namun jagoan kita berhasil berpindah ke gerbong lawannya.
Aksi kerja-kejaran itu dikuntit oleh agen pendukung 007, yaitu seorang agen perempuan bernama Eve. Ketika Bond dan hitman melakukan duel pamungkas di atas kereta api, Eve—yang meskipun sudah mengatakan tidak bisa menembak dengan mulus ke musuh—dipaksa pimpinannya untuk menembak. Eve menembak dan Bond lah yang terkena.
Seingatku, di film-film sebelumnya, Bond selalu membuka cerita dengan keberhasilan misi sebelumnya, namun di Skyfall, cerita dibuka dengan kegagalan Bond.
2.Bond Yang Acak-acakan
Ngga yakin apakah Roger Moore atau Pierce Brosnan cocok, namun di cerita Skyfall, saat menikmati “kematian”, image Bond yang klimis dan necis berubah total menjadi acak-acakan dan jorok. Daniel Craig di scene itu terlihat betul tuanya dan ia tak takut melakukannya.
3.Antagonis Yang Gemulai
Di tengah cerita, Bond diperkenalkan dengan perempuan cantik bernama Severine, pembunuh berdarah dingin yang selalu menyelipkan Baretta di pahanya. Ia juga pacar (atau mungkin budak seks) si antagonis. Bond menangkap kesan perempuan ini sangat takut kepada sang antagonis. Seperti menjual kecap, ia mengatakan pimpinannya adalah monster yang tak terbayangkan kejamnya. Jagoan kita—si penakluk wanita, seperti biasanya—berhasil menundukkan Severine dan menyakinkannya bahwa ia lah dewa penolong dan mampu membunuh pimpinannya itu. Jadilah mereka sengaja untuk ditawan agar dibawa menghadap ke antagonis utama.
Aku sempat melongo beberapa saat ketika si bos kejam itu, yang dulunya salah satu agen MI6 paling brillian, muncul. Aku bahkan sempat terbahak sebelum diam karena ngga ada orang lain yang tertawa. Bagaimana ngga ketawa, yang muncul kemudian adalah pria besar berambut pirang dengan gaya desainer fashion yang gemulai. Seperti ingin meyakinkanku, ada juga adegan si bos membuka dada Bond dan mengelus paha agen itu sambil berkata genit, “There is a first time for everything”, namun jawaban jagoan kita ngga kalah hebat, “How do you know this is my firsttime?”
Well, well, well, sungguh pria punya selera!
Jangan salah, pemilihan antagonis gemulai ini bukanlah kekurangan, justru sebaliknya. Aku cukup takjub karena terbayang sangat sulit membuat tokoh jahat, brutal, pimpinan pasukan terlatih yang punya tujuan utama menghancurkan intelijen terhebat Ingris namun bergaya gemulai. Javier Bardem aktor hebat, ia cukup meyakinkan dalam memerankan tokoh jahat itu.
4.Q, Si jenius berubah muda
Q, biasanya diperankan oleh tokoh tua, bijaksana, dan suka membuat barang-barang canggih untuk membantu misi Bond. Skyfall membuat langkah nyeleneh. Q diperankan anak kemarin sore hingga 007 pun tercengang.
Kata-kata bagus di bagian ini:
Age is no guarantee of efficiency
Youth is not guarantee of innovation
5.Bond yang minim peralatan canggih
Di film-film sebelumnya, untuk menyeimbangkan kecanggihan musuh, maka 007 diperlengkapi dengan teknologi canggih. Skyfall memilih langkah sebaliknya. Film ini mencoba menyiksa protagonisnya sampai bengkok. Musuh dibuat mempunyai teknologi yang demikian canggih tapi Bond dipaksa untuk melawan memakai pistol, mobil tua, radio pelacak, dan pisau. Nah loh. Mungkin inilah usaha sang sutradara untuk membuat agen MI6 itu lebih terasa manusia alih-alih superhero.
6.Moneypeny berkulit hitam
Selama ini Moneypeny selalu diperankan artis berkulit putih, namun di akhir cerita Skyfall, MI6 akan punya moneypeny berkulit hitam.
7.M
Pendek saja, karena kalau dijelaskan akan mengurangi kenikmatan menonton film ini. Pembuat Skyfall tampak sengaja meruntuhkan stereotype M yang sudah ada sejak James Bond pertama, yaitu perempuan tua yang serius.
Sebagai penutup, Skyfall dalam film ini sebenarnya komplek tempat tinggal keluarga Bond, namun mungkin juga dimaksudkan untuk menjadi metafora bahwa film ini meruntuhkan langit dunia Bond sebelumnya. Apa pun itu, aku salut dengan keberanian pembuatnya. Mereka tak takut membuat perubahan besar.
Apakah perubahan itu berdampak baik? Kalau melihat pendapatan $ 287 juta di sepuluh hari pertama (padahal estimasi ongkos pembuatan film sekitar $ 200 juta), sepertinya pilihan mereka sangat tepat.
--Bandung, 9 November 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H