Memasuki musim penghujan sejumlah daerah mengalami hujan deras, yang mengakibatkan banjir. Banjir merupakan fenomena alam tetapi banjir juga bisa disebabkan oleh ulah manusia. Perilaku manusia yang mengakibatkan banjir seperti, membuang sampah ke sungai, membangun pemukiman di pinggiran sungai, dan pencemaran limbah. Seringkali banjir menjadi masalah sosial karena setiap kali banjir yang menjadi masalah utamanya ialah sampah. Sampah yang menumpuk di sungai atau kali yang menyebabkan terjadinya banjir harus segera diselesaikan.Â
Namun, hal itu harus dimulai dari kesadaran setiap masyarakat. Masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya terutama orang-orang yang tinggal di pinggir sungai. Dimana masyarakat masih buang sampah sembarang entah itu sampah rumah tangga ataupun sampah bekas makanan. Ketika hujan datang dan air mengalir, sampah pun ikut mengalir sehingga di palang pintu air sungai itulah sampah menumpuk dan menutup aliran air. Kemudian air sungai meluap terjadilah banjir yang disebabkan oleh perilaku manusia atau masyarakat.
Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan, termasuk banjir. Dampak buruk sampah terhadap banjir.
1. Penghambat aliran air: Sampah dapat menyumbat aliran air sungai, saluran air, dan drainase. Plastik, daun kering, dan limbah dapat menghambat/menghentikan  aliran air yang memicu genangan dan banjir.Â
2. Penumpukan di saluran drainase:Â Saluran air yang tersumbat sampah dapat membuat air hujan tidak dapat mengalir dengan baik. Hal ini mengakibatkan risiko banjir terutama saat musim hujan.Â
3. Perubahan tata guna tanah:Â Sampah yang menumpuk di daerah resapan air atau area hijau dapat mengubah tata guna tanah, mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air.Â
Banjir yang disebabkan oleh sampah bukanlah bencana alam yang sudah tidak dapat dihindari. Maka tindakan untuk pencegahan yang tepat, seperti pengelolaan sampah yang baik serta kesadaran masyarakat, kita dapat mengurangi risiko banjir. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari individu hingga pemerintah, memiliki peran dalam menjaga kelestarian lingkungan agar bencana banjir dapat dicegah.
Sebagai salah satu bencana alam yang paling sering terjadi pada musim hujan banjir perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran penyakit akibat banjir serta agar berbagai aktivitas masyarakat tidak terganggu oleh banjir yang selalu terjadi saat hujan. Cara mengatasi banjir dengan transdisiplin ilmu Geografi dan ilmu Sosiologi yaitu;
1. Ilmu sosiologi:Â Penyuluhan masyarakat, dimana program penyuluhan ini tentang bagaimana dampak sampah terhadap banjir serta memberikan bagaimana langkah-langkah untuk pencegahan banjir agar meningkatkan kesadaran masyarakat serta masyarakat yang teredukasi nantinya cenderung lebih aktif dalam menjaga lingkungan mereka. Salah satu pencegahan nya dengan rutin membersihkan saluran air. Gotong royong membersihkan saluran air akan membantu ketika terjadinya hujan deras air tidak akan tersumbat lagi dan mampu mencegah terjadinya banjir.Â
2. Ilmu Geografi:Â Program penanaman hijau, program ini tentang penanaman pohon di pinggiran sungai. Pohon yang ditanami di sepanjang bantaran sungai atau daerah penyangga dapat menyerap kelebihan air saat terjadinya banjir dan menurunkan laju aliran sungai yang pada akhirnya dapat mengurangi dampak banjir. Oleh karena itu reboisasi dan penanaman pohon itu merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengelola air hujan dan mengurangi dampak banjir
Banjir merupakan masalah sosial yang membutuhkan pendekatan transitif dan ilmu untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai bidang ilmu seperti geografi dan sosiologi adalah langkah penting dalam merancang strategi yang holistik untuk mengurangi resiko dan dampak banjir. Dengan demikian kolaborasi yang baik dan penerapan solusi Transdisiplin kita dapat menghadapi tantangan banjir dengan lebih efektif dan membangun masyarakat yang lebih tahan bencana. Selain itu Transdisiplin ilmu juga tidak hanya menjadi alat analisis tetapi juga menjadi landasan untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap resiko banjir.Â