Baru-baru ini, kita dikejutkan dengan sebuah berita mengenai seorang artis Korea yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Perbuatan tersebut dilakukannya akibat bully yang mendera dirinya yang diterimanya dari para netizen. Kasus seperti ini sebenarnya banyak terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Sebagai seorang yang memiliki pengalaman panjang dengan kuasa jahat saya yakin bahwa kuasa jahat memiliki andil besar dalam kejadian tersebut. Kita tentu mengetahui bahwa secara psikologis manusia berusaha menghindari penderitaan dan mengupayakan kebahagiaan. Hal ini tentu diketahui pula oleh kuasa jahat sehingga sering digunakannya untuk menyesatkan umat manusia kepada dosa.
Para korban bully sesungguhnya tidak merencakan tindakan bunuh diri, mereka hanya ingin terbebas dari bully dan menjalani hidup wajar seperti orang lain. Oleh sebab itu, tidak heran bila sang artis sempat berpartisipasi dalam satu acara televisi yang berupaya melawan bullying. Lantas darimanakah gagasan mengenai bunuh diri itu muncul?
Saya yakin itu berasal dari kuasa jahat. Kuasa jahat awalnya meyakinkan para korban bahwa mereka tidak berharga lagi. Kuasa jahat juga meyakinkan mereka bahwa bunuh diri merupakan satu-satunya tindakan yang dapat membungkam para pembully. Perkataan-perkataan tersebut diberikan berulang-ulang oleh kuasa jahat dengan tujuan agar para korban tidak sempat berpikir jernih.
Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, bahwa kuasa jahat berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Bagi para korban bully, entah bagaimana, lingkungan sekitarnya menjadi semakin sepi, orang-orang terdekatnya semakin tidak mengerti dirinya sehingga ia merasa begitu tertekan sendirian di suatu ruangan.
Lantas bagaimana melawan kuasa jahat tersebut? Tidak ada cara lain, selain mendengar dan membaca kebenaran firman Tuhan yang murni yang membawa umat kepada kesempurnaan. Dengan berpegang pada kebenaran kita dapat berkata "Tidak!" pada kuasa jahat dan kita dapat berseru bahwa kita adalah umat pilihan yang akan dan harus menjadi sempurna seperti Bapa serupa Tuhan Yesus serta menjadi saksi yang menyatakan iblis bersalah dan harus dihukum.
Dengan melakukan perlawanan ini, Tuhan akan memberikan pada kita hal-hal besar yang menakjubkan, yang tak terceritakan, yang kemudian menjadi titik tolak bagi kita untuk mengejar gairah kesucian/gairah kesempurnaan.
Tidak dapat dimungkiri bahwa baik bully maupun tindakan buruk manapun terasa menyakitkan bagi kita. Sebagai seseorang yang berjuang menjadi sempurna saya menganjurkan bagi para korban bully untuk menerima saja semua bully yang ada. Artinya, mereka bersedia mendengar atau membaca berbagai bully sebagai sebuah informasi untuk menjadikan diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Biasanya saya membawa semua informasi itu untuk didiskusikan dengan Tuhan. Lagipula, bukankah Tuhan Yesus juga mengalami penderitaan yang begitu hebat? Dengan adanya penderitaan tersebut, kita dibawa pada perasaan sependeritaan dengan Yesus untuk mati bersama-sama dengan Dia, dan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Inilah yang menyenangkan hati Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H