Mohon tunggu...
Maifil Eka Putra
Maifil Eka Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis, enterpreneur, social developer

Kita berduka karena bencana yang melanda tanah ibu kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kulit KepalaTerkelupas karena Rambut Tergulung Baling-Baling

20 April 2011   08:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13032897291278133493

KITA tidak pernah tahu bahaya itu datang dari mana, termasuk Andhini, 8 th, warga Desa Sungai Enau, Kecataman Kuala Mandor B, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat yang 7 bulan lalu bermain bersama 6 orang teman-teman sebaya di atas perahu kakeknya yang berkerja sebagai ojek perahu di Sungai Kapuas. Tiada dia sangka di tengah kegembiraan mereka, perahu maut itu hampir saja membuat nyawanya melayang. Baling-baling penyedot air di perahu itu menggulung rambutnya yang panjang, hingga kulit kepala bersama semua rambutnya dan telinga kanannya terlepas dari batok kepalanya. Hal itu terjadi ketika Andhini membantu kakeknya membuang air yang tergenang dalam perahu. Bersyukur kakeknya yang akrab dipanggil Ujang, menyadari apa yang terjadi dengan cucunya. Ia pun memacu perahunya untuk sandar ke darat dan menyetop mobik menuju Rumah Sakit Soedarso Pontianak, Kalimantan Barat. Ia langsung dibawa ke IGD dan dilakukan penutupan kepala dengan perban. Selanjutnya Andhini dirawat di ICU. "Lebih kurang sebulan empat hari Andhini dirawat di RS Soedarso. Sayang ketika awal dia dibawa ke rumah sakit kulit kepala yang masih ada rambutnya tidak terbawa, kata dokter sebenarnya masih bisa dipasangkan karena belum lama. Mungkin karena panik, kakeknya lupa membawanya," ungkap Asmia, 26 th, ibu Andhini kepada wartawan, beberapa hari lalu di Layanan Kesehatan Dompet Dhuafa (LKC-DD) Ciputat Selama 7 bulan sudah, Asmia merawat anaknya sendiri berdasarkan petunjuk dokter RS Soedarso. Orang lain yang melihat kondisi Andhini langsung jatuh pinsan. Apalagi ketika perbannya dibuka lantas kelihatan batok kepalanya. Bagi Asmia tidak ada pilihan lain, karena Andhini adalah anak pertamanya dan dia sayangi dengan segenap jiwanya, mau tak mau dia beranikan diri untuk merawat luka Andhini, meskipun memerihkan jiwanya. "Setiap hari saya yang mengganti perban dan memoleskan madu ke kepalanya. Perawat tak sanggup melakukannya. Saya sendiri awalnya juga nggak kuat, tapi saya harus mengkuatkan diri. Kalau bukan saya siapa lagi yang akan merawat anak saya. Setiap hari pula saya meneteskan air mata menyaksikan kondisi anak saya," terang Asmia, Putri Madura kelahiran Kalimantan ini. Menurut Asmia, selama enam bulan Andhini tidak bisa tidur terlentang. Ia tidur sambil duduk, selera makannya pun berkurang. Sejak kecelakaan itu pula Andhini tidak lagi sekolah, ia sebenarnya sudah duduk dikelas 2 dan termasuk anak yang pintar dan juara 2 di kelasnya. Mata pelajaran yang ia sukai adalah Matematika. Karena itu Asmia dan suaminya Prata Masfiky, 28 th, berusaha keras untuk kesembuhan anaknya. Berhubung kondisi ekonomi yang tak memungkinkan, Asmia dan Prata mencoba mengadukan nasib anaknya ke Dompet Ummat (DU) jejaring Dompet Dhuafa di Pontianak. Mereka memohon bantuan pembiayaan untuk pengobatan Andhini. Manager Daya Guna DU Pontianak, Syahrul menyatakan, DU akhirnya memenuhi permohonan Asmia dan Prata untuk pembiayaan pengobatan Andhini, karena setelah disurvey keluarga ini termasuk dhuafa atau tidak mampu untuk membiayai pengobatan anaknya. "Apalagi kondisi Andhini yang terluka parah, tentunya butuh biaya yang sangat besar," jelas Syahrul. Karena itu DU Pontianak langsung menghubungi dokter di RS Soedarso. Dari sana dokter menyarankan untuk merawat Andhini di Jakarta. Karena itu pula DU meminta bantuan LKC-DD untuk penanganan pengobatan Andhini. Setelah tim LKC-DD memberikan lampu hijau, Syahrul membawa Andhini ke Jakarta, (13/4) lalu. Setelah dilakukan verifikasi oleh tim survey, LKC-DD memutuskan untuk menerima Andhini sebagai peserta bantu putus. Artinya LKC-DD setuju memberikan bantuan untuk pengobatan Andhini, selama 1 tahun. Mulai dari Kamis (14/4) Andhini dibawa tim rujukan LKC-DD untuk dikonsulkan ke spesialis bedah di RSCM dan sejak Minggu (17/4) Andhini sudah masuk Rawat Inap RSCM untuk persiapan operasi pelastik. Sejauh ini Asmia merasa senang dengan bantuan yang diterimanya untuk Andhini. Ia berterimakasih kepada DU dan LKC-DD atas bantuan itu, ia berharap Andhini segera sembuh dan bisa bermain kembali bersama Panji, 2 bulan dan Dimas, 5 tahun, adik-adiknya yang menunggunya di Pontianak. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun