Mohon tunggu...
Maifil Eka Putra
Maifil Eka Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis, enterpreneur, social developer

Kita berduka karena bencana yang melanda tanah ibu kita.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Surat Bu Dian dari Subang: "Pernah Terpikir untuk Bunuh Diri Bersama"

15 April 2011   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

CIPUTAT - Di tengah kesibukan sore menjelang jam kantor tutup, seorang bapak sembari menggandeng anaknya menghampiri ruang manajemen Layanan Kesehatan Cuma-cuma, Dompet Dhuafa  (LKC-DD). Dengan terbata-bata ia menyerahkan sebuah buku tulis, yang diterima oleh Manager Operasional LKC-DD Asep Hendriana. "Di buku tulis ini ada catatan isteri saya, dia tidak bisa hadir di sini bersama saya dan anak saya karena sedang kurang sehat. Jadi ia menyampaikan uneg-unegnya melalui catatan ini," jelas bapak itu kepada tim LKC-DD yang menerimanya di ruangan Direksi LKC-DD, Kamis (15/4). Bapak itu adalah Supriyatna, warga Mekarsari, Subang, Jawa Barat, keluarga yang mendapat bantuan dari LKC-DD untuk pengobatan sakit jantung  bawaan  anaknya Dwi Skova Megantara, 10 th. Dwi dirujuk LKC-DD ke RSCM untuk kateterisasi jantungnya (26/10/10) dan kemudian dilakukan operasi (29/10). "Alhamdulillah, operasi sukses dan Dwi sekarang sudah sembuh. Karena itu kami datang ke sini menyampaikan rasa terimakasih itu. Hari ini adalah kontrol terakhir bersama LKC-DD ke RSCM karena masa bantuan dari LKC-DD sudah selesai," ujar Supriyatna. Selanjutnya, kata Supriyatna, ia akan konsulkan anaknya secara mandiri 3 bulan mendatang karena masih ditemui permasalahan di sebelah kanan jantungnya. "Jadi Dwi akan dibawa ke dokter sekitar bulan Juli 2011, kalau sudah tidak ada masalah lagi, mungkin konsulnya akan dilaksanakan sekitar 6 bulan," tambahnya. "Karena pengobatan bersama LKC-DD sudah selesai, kami menghaturkan terimakasih banyak kepada LKC-DD dan para dermawan yang telah membantu kami. Kami tidak bisa balasi apa-apa, hanya do'a yang bisa kami panjatkan agar LKC-DD semakin berkembang dan lebih banyak lagi membantu orang miskin seperti kami. Selain itu kami berharap, semoga Allah berkenan membukakan pintu hati banyak dermawan sehingga tersentuh membantu LKC-DD agar semakin banyak pula orang dhuafa yang mendapatkan nikmat sehat melalui bantuan LKC," tuturnya. Supriyatna juga mengungkapkan keinginan besar isterinya untuk menyampaikan langsung rasa terimakasih itu. Sayangnya ia dalam kondisi kurang sehat, karena itu ia menitipkan rasa terimakasih lewat catatan di buku ini. Berikut bunyi Surat yang ditulis Ny. Dian Supriyatna, Warga Desa Mekarsari, Subang, Jawa Barat, yang diketik ulang sesuai dengan aslinya: Doaku Bagi sebagian orang anak pulang dengan baju kotor, kecapekan habis main adalah hal yang biasa. Dulu, aku sering merindukan hal itu, sore-sore anakku pulang kecapean habis bermain, rasanya berbahagia sekali. Dulu anakku tidak bisa melakukan itu, dia mengidap penyakit jantung bawaan atau dokter bilang TOF. Jantungnya bocor 3 dan satu penyempitan, Sembilan tahun dia menahan sakit. Jangankan untuk bermain untuk makan saja susah. Aku sering berdoa, agar dunia cepat kiamat biar penderitaan anakku cepat berakhir,  pernah terlintas juga untuk bunuh diri bersama. Tapi kalau aku tanya, pasti anakku tidak ingin mati dan anakku yang sehat pasti akan trauma melihat aku dan adiknya mati tidak wajar. Aku tidak mau itu. Walaupun berat kami menjalani hidupr dengan semangat. Walaupun kondisinya lemah, aku tetap menyekolahkannya, karena aku yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Aku bukan Tuhan yang bisa memfonis kehidupan anakku, walaupun penyakitnya parah mana tahu ada keajaiban Tuhan dan anakku bisa sembuh. Kalau sembuh dia pasti akan merasa rugi karena tak sekolah. Empat tahun aku ikut ke sekolah menemani dia. Bel istirahat kujemput kekelasnya, kuajak ke kantin. Bel masuk kuantar lagi ke kelasnya dengan mengendongnya. Hidup kami betul-betul amat sangat tidak enak. Bahkan pernah shalat zuhur, sujud terakhir anakku kugendong ke kasur karena sudah tidauk kuat. Tapi itu dulu, sekarang anakku sudah sembuh. Semuanya berkat Allah melalui orang-orang yang baik. Melalui seorang teman yang baik hati kami dikenalkan ke LKC. Demi Tuhan baru di sana kami merasakan dimanusiakan. Disanalah tempat berobat gratis tapi baik. Melihat wajah-wajah pekerjanya saja hati kita jadi tenang, wajah bersih karena selalu berwudu, senyum ramah dan pakaian yang sopan. LKC membantu kami agar anakku bisa diobati sebagaimana mestinya. Anakku dioperasi ditempat yang bagus yang aku sendiri tidak mampu untuk membiayai dan berobat ke sana. LKC membantu kami dengan sepenuh hati bahkan mau membantu kami mengantarkan pulang dengan mobil waktu anakku keluar dari rumah sakit. Sungguh mereka memanusiakan kami dan menghargai kami sebagai manusia. Sekarang kamar mandiku bernyanyi anakku sudah sembuh, dia suka bernyanyi, suaranya kencang, bermain dan makan-makan pakai apa saja, dia lahap. Sore-sore dia pulang dengan baju kotor dan kecapean, Demi Tuhan hal itu menjadi milikku juga dan itu sangat membahagiakan. Kami bahagia sekali. Keajaiban itu ada dan kami mendapatkannya. Bagi yang sakit dan susah, jangan pernah menyerah, karena pertolongan selalu ada bagi orang-orang yang baik. Dan pertolongan itu akan datang tepat disaat yang tepat pula. Kami belum bisa membalas kebaikan orang-orang yang telah menolong kami. Tapi kami selalu mendoakan orang-orang yang menolong kami. Bahkan saya dan suami pernah berdebat nama siapa yang harus didoakan dahulu. Doa Saya (setelah diri sendiri, Ortu, Suami dan Anak) Ya Allah Ampuni dosa orang-orang yang sudah menolong kami, Dr. Najib, Bu Asti, Dr Piprim, LKC, PJT, Ampuni dosa mereka, lindungi mereka, semoga mereka bahagia lahir dan bathin, sukses di dunia dan akhirat. Tapi doa suami saya lain, dia ingin dr. Asti yang didoakan dahulu, karena dr. Asti-lah yang telah membukakan jalan bagi kesembuhan anak kami. Terimakasih untuk kalian semua karena telah membagi nikmat sehat untuk anak kami DWISKOVA MEGANTARA Subang, Maret 2011 Dwiskova Megantara Mother's . Cerita tentang Dwiskova sebelum operasi, baca di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun