Mohon tunggu...
Maida Tri Fatharani
Maida Tri Fatharani Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Menjelajah dan meneladani sejarah Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mau Dibawa ke Mana, Generasi Bangsa Kita?

17 November 2024   08:23 Diperbarui: 19 November 2024   14:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ganti menteri, ganti kurikulum. Kalimat ini mulai tak asing lagi di telinga kita sejak beberapa tahun belakangan. 

 Isu perubahan kurikulum mengemuka setelah Mendikdasmen menyatakan akan menerapkan deep learning. Meski deep learning tidak dinyatakan sebagai kurikulum, namun metode dan perubahan kurikulum kemungkinan akan diterapkan pada tahun ajaran baru. 

Berulang kali dan berbagai perubahan dalam sistem pendidikan Nasional selama ini, faktanya belum mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta terampil.

Banyaknya perubahan kurikulum yang terjadi selama ini bisa karena atau akibat dari ketidakjelasan visi dan misi pendidikan yang diterapkan oleh negara. Juga demi menyesuaikan dengan tuntutan global dan dunia industri.

Di sisi lain perubahan kurikulum yang tetap dalam asas pendidikan sekuler kapitalisme tidak akan pernah menghasilkan generasi bangsa yang takut kepada Tuhan, apalagi beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan terampil. Menghasilkan generasi berilmu pengetahuan mungkin masih iya, tapi ilmu yang tidak dijaga dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT hanya akan menghasilkan ilmuan yang merusak negara dan kehidupan. 

Fakta lain dari ketidakjelasan kurikulum pendidikan Nasional selama ini juga telah gagal mencetak generasi berilmu pengetahuan. Siswa hanya masuk untuk senang-senang saja di kelas tanpa harus dididik untuk menjadi seorang ahli dalam disiplin ilmu yang dipelajarinya. Belum lagi banyaknya kasus memidanakan guru yang dilakukan siswa atau wali murid karena hal yang sebenarnya adalah bentuk pendisiplinan dalam kegiatan belajar mengajar. Sistem kehidupan sekuler kapitalisme juga tidak pernah menghargai ilmu dan ilmuan.

Jika kebijakan kurikulum pendidikan kita tidak mampu menjadikan murid untuk menghormati gurunya, maka jangan harap kita akan memiliki generasi yang berilmu pengetahuan dan terampil. Kita hanya akan menunggu kehancuran dari negara yang semula sudah merdeka.

Maka, bukan sistem pendidikan dengan asas sekuler kapitalisme lagi yang harus kita gunakan untuk memperbaiki generasi bangsa kita. Tapi, adalah pendidikan yang sesuai dengan asas aqidah Islam. Yang sudah terbukti mencetak generasi emas sepanjang sejarah peradaban dunia.

Dan sistem pendidikan dengan asas aqidah Islam ini hanya bisa diterapkan dalam sistem kehidupan negara yang juga menerapkan Islam secara kaffah. Sebab kepala negara lah yang akan mengintegrasikan ilmu agama dan sains. Sehingga menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam urusan dunia, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam pada ajaran agamanya dan mampu menerapkan ilmunya sejalan dengan agamanya serta nilai-nilai kehidupan. Sehingga sebuah bangsa mampu menjadi bangsa yang tinggi dan memiliki peradaban yang mulia.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun