Menelusuri jalanan Kota Sorong di pagi hari menuju Kabupaten Sorong tepatnya di Kelurahan Klalin ternyata menyenangkan sekali apalagi di tambah dengan cuaca yang sangat mendukung dan bersahabat, tidak panas dan tidak mendung. Teman saya, Sukmawati Hamsyi, yang mengendarai motornya sambil saya duduk dengan tenang dibelakangnya pun santai mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Kami menuju ke Kelurahan klalin bukan tanpa maksud. Maksud kedatangan kami adalah hendak melakukan interview dengan penduduk setempat yang merupakan penduduk pribumi Sorong dan Raja Ampat yaitu Suku Moi.
Sesampainya di lokasi tersebut, kami di sambut dengan hangat dan penuh kekeluargaan oleh salah satu keluarga dari Suku Moi yang menetap di sana. Kami dipersilahkan duduk melingkari meja yang berada di ruang tamu rumah tersebut dan tidak lama kemudian kami disuguhkan minuman dan makanan ala kadarnya. Setelah beberapa anggota keluarga dari tuan rumah yaitu Sarce Malakmini, Sam Nso dan Hermanus Malakmini duduk berhadapan dengan kami maka di mulailah interview kami.
Suku Moi adalah suku asli dari Sorong yang merupakan salah satu kota yang ada di Papua. Suku Moi mempunyai beberapa marga seperti Malak, Malakmini, Mobalen, Osok, Yesnath, Momot, Malibela, Ulala, Kalasuat, Saweri dan masih banyak lagi.
Kata Moi sendiri berasal dari kata Mosana dan Mekwei yang artinya "orang yang lembut dan ramah tamah". Komunitas bahasa dalam Suku Moi terbagi menjadi tiga dialek di mana pembagiannya berdasarkan wilayah atau daerah masing-masing.
Tiga wilayah tersebut adalah :
1. Moi Amber/Asli/Tana Besar yang meliputi wilayah Makbon, Malaumkarta, Batulubang, Dela, Mega, Asbakin, Kalayili, Sayosa, Maladofok,Malanu, Klasaman, Aimas dan Klamono. Bahasa pada wilayah ini di sebut Ligin Gilim yang mana dialeknya lebih halus dari Suku Moi wilayah lain.
2. Moi Segin/Pinggiran Pantai/Kepulauan yang meliputi wilayah Mariat Pantai, Kalamono, Katimin, Segun, Gisim, Waimon, Linjemor, Modan, Arar, Yeflio, Katapop, Raja Ampat, Salawati dan sekitarnya. Bahasa pada wilayah ini disebut Ligin Sigin yang mana dialeknya agak kasar di bandingkan dengan wilayah-wilayah yang ada di Tana Besar. Di daerah Pulau Salawati juga bahkan Suku Moi di sebut sebagai Moi Maya karena sebagian besar dari mereka memakai bahasa Moi Maya.
Bahasa dari Suku Moi itu sendiri di bagi berdasarkan dari dialek yang mereka pakai atau berdasarkan dari tempat tinggal mereka walaupun pada dasarnya bahasa Moi hanya satu
Menurut interview yang kami lakukan di sini bahwa kamus Bahasa Moi yang beredar di masyarakat luas belum mewakili bahasa Moi secara keseluruhan. Dalam kamus-kamus tersebut hanya mewakili dari beberapa daerah di Sorong.
Contoh dari bahasa yang sumber berikan adalah :
1.Ne ma nat (mari makan).