Sejak pembagian dospem, setiap kelompok KKN sudah memiliki grup whatsapp masing-masing. Sebelum peliburan massal covid 19 ini, PPM sepertinya mengambil inisiatif sangat akurat dengan memagikan kelompok secara cepat, benturan musibah covid 19 pun, tidak begitu menambah beban mereka lagi.
Beberapa momen, melalui grup whatsapp, saya dan yang lainnya saling berkenalan layaknya mahasiswa baru kenal. Dan saling berbagi keluh-keluhan. Iya, budaya ini sangat tersalurkan sejak diumumkan adanya KKN DR. Grup yang awalnya sepi menjadi acara sabar massal, disamping pembelajaran jarak jauh yang dituntut banyak tugas, mahamin pelajaran serba sendiri, ya serba sendiri mandiri.
Saya tinggal di Jakarta selatan. Ini bukan kampung halaman saya sebenarnya. Di Jakarta, saya sudah tiga tahun di sana menjadi mahasantri. Awal isu covid, semua kegiatan di pondok mendadak libur, dan, dipulangkan. Apalagi tak berselang lama, akan masuk bulan Ramadhan.Â
Tinggalah saya sendiri. Waktu itu, tekad tidak pulang ke Banjarmasin --yang merupakan kampung halaman saya- telah tertanam. Dan fix, hanya saya sendiri di pondok, selama PSBB dan bulan ramadhan. Satu-satunya kabar gembira, adanya sembako gratis yang disediakan UIN. Itu sudah sangat cukup.
Ramadhan berlalu dan Agustus menanti. Juli, kami sudah dikenalkan dengan dosen pembimbing (dospem). Hari-hari menjadi lebih padat dengan berbagai rencana oleh dospem. Sementara saya, jadinya melaksanakan KKN dari tempat tinggal, karena tidak ada lagi akses pulang waktu itu. Jadilah, 'KKN Kelurahan Pondok Labu'.
Seperti temanya, KKN kali ini lebih menitik beratkan pada pencegahan covid. Tetapi saya pribadi korban covid itu sendiri. Antara berjuang dan diperjuangkan. Kabar di kampung halaman, tidak benar-benar baik. Kelurahan yang bukan kelurahan saya, mau diminta tolongi apa? Untuk makanpun kadang serabutan. Maaf, tulisan ini bukan curhat ya. Pondok Labu, waktu itu zona oranye. Inisiatif untuk membantu di salah satu yayasan adalah solusi terbaik. Jadilah, KKN saya versi yayasan Dar El Fachri, sebuah yayasan yang berafiliasi persiapan kelas Timur Tengah, sangat serasi dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa di Fakultas Dirasat Islamiyah.
Terlanjur Ngebet KKN Internasional
Tidak ada KKN Internasional. Semua KKN di daerah masing-masing. Bandara ditutup. Jalur penerbangan internasional dihentikan. Semua negara mengalami krisis yang sama karena covid 19. Apa tidak ada solusi? Ada. Dan ide itu langsung saya rancang untuk KKN versi saya, yang kegiatannya akan saya proyeksikan KKN bersifat kegiatan internasional dengan tetap mengilhami pencegahahan covid, namun tetap bertajuk luar negeri.
Bagaimana dengan desa Pondok Labu? Pondok Labu adalah kelurahan di Jakarta Selatan. Bukan desa. Zona oranye. Tampak banyak tanda-tanda merah. Dalam bulan Juli saja, di dekat Mahad Qalbun salim --pondok saya- di Lebak Bulus, sudah ada bahkan tiga warga yang terpapar kematian. Ada yang bilang karena covid, ada yang bilang karena penyakit bawaan. Apapun itu, saya memilih hati-hati untuk mengerjakan KKN secara aktif melalui progress online saya dan beberapa kegiatan offline, yang memang tidak bisa dionlinekan, dengan yayasan Dar El Fachri sebagai motor kemudinya.
Oktober nanti santri Dar El Fachri akan menjalani penerbangan internasional ke Mesir untuk melanjutkan studi. Ini menanamkan ide yang menarik di kepala saya untuk meneliti keadaan transmisi covid di Timur Tengah. Maka proyek KKN saya, diproyeksikan pada transmisi covid di Timur Tengah, untuk studi pencegahan covid-19, pengembangan skill bahasa Arab sebagai bahasa pengantar kelas Timur Tengah, dan tentu webinar pengenalan lembaga pendidikan di Timur Tengah.
Saya sangat menikmatinya. Rupanya, modal keberangkatan saya ke Tunisia, memberikan saya banyak kenalan orang asing di Timur Tengah dan mahasiswa Indonesia yang tinggal di sana. Ini tentu menjadi sarana yang baik untuk melancarkan rencana penelitian saya dan progress KKN DR.