BEM FIKOM ILMU KOMUNIKASI
Women Can Speak.
Pelecehan seksual merupakan bentuk merendahkan, menghina ataupun mengejek seseorang dengan berbau hal seksual. Pelecehan seksual dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu pelecehan berbentuk verbal, fisik dan visual. Di Indonesia, kejadian pelecehan seksual tertinggi sayangnya ditempati oleh daerah DKI Jakarta, dengan 6,89% jumlah korban, lalu disusul oleh Jawa Barat dengan presentase 3,11%, dan dilanjut oleh daerah Jawa Tengah dengan pesentase 2,38% dan Jawa Timur di  2,23%.
Pelecehan Seksual seringkali secara sengaja maupun tidak sengaja kita temukan di sekitar kita. Begitu pula dengan pelecehan seksual yang terjadi di perguruan tinggi. Seringkali lelucon yang dilontarkan teman atau bahkan sahabat kita sendiri, secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual. Menurut SIMFONI-PPA, presentase Pelecehan Seksual di perguruan tinggi mencapai 65% pada Perempuan dan 35% pada Lelaki.
Sudah sangat sepatutnya bagi kita semua untuk berhenti melakukan bercandaan, atau mungkin ungkapan yang mengarah kepada pelecehan. Dimana pun terjadinya, dan kapan pun kejadiannya, tidak ada satu makhluk pun yang pantas untuk dilecehkan. Bila kita melihat di sekitar kita ada sebuah tanda orang lain melakukan tindak pelecehan seksual, maka wajib bagi kita semua untuk melaporkan kejadian tersebut kepada lembaga hukum yang berwenang agar memberikan efek jera kepada pelaku.
Menurut pandangan Foucault (dalam Gordon, 2018), kekerasan seksual dapat terjadi karena adanya variabel penting, seperti kekuasaan, konstruksi sosial, dan target kekuasaan. Jika ketiga variabel tersebut disatukan, maka dapat menimbulkan suatu intensi terjadinya kasus kekerasan seksual. Apabila salah satu dari ketiganya ada yang tidak muncul, maka tindak kekerasan seksual tidak akan terjadi. Oleh karena itu, terdapat beberapa penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual di kampus, yakni sebagai berikut:
1.Budaya Patriarki yang sangat kuat di Indonesia
2. Adanya relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban kekerasan seksual
3. Budaya victim-blaming yang banyak terjadi sebelumnya
4. Mahasiswa masih kurang memahami konsep pelecehan seksual.
5. Pihak kampus yang menutupi kasus pelecehan seksual.