Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, mental, politik dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pandeglang Book Party: Geliat Literasi Anak Muda Pandeglang

3 Februari 2025   09:32 Diperbarui: 3 Februari 2025   09:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari minggu kemarin, aku tidak hadir di Pandeglang Book Party (baca PBP). Selalu menarik hadir di sana, bersama anak muda Pandeglang berbincang dan diskusi banyak hal seputar buku dan isu terkini yang meramaikan kancah media. Dari soal Pak Kholid, gen z, kebijakan politik pemangku negeri dan nasib peminat buku di kota kami.

Buku tentu saja menjadi menu utama. Dari buku pergerakan orang kiri, orang kanan dan orang tengah, entah nanti ada pegerakan apa lagi. Seru pokoknya, saat kita menggali makna di balik lautan pengetahuan, di antara gejala-gejala kemajuan modern literasi menjadi hal fundamental. Tak bisa ditawar lagi.

PBP itu gerak kecil untuk Pandeglang. Kecil di antara jutaan warga hanya kami yang bangga unjuk gigi di pusat keramian. Ajeg membaca di antara tatapan yang tengah jogging. Bukan, bukan gak ada yang punya minat yang sama, kami percaya, Pandeglang kaya dengan orang-orang pintar dan memahami arti literasi untuk kehidupan. Berbeda dengan kami, tradisi membaca harus ditularkan agar semakin banyak orang akrab dengan buku.

Meski pun dari kami banyak yang mengeluh soal koleksi buku. Toko-toko buku tak sedikit digulung tikarnya, tutup tak bersuara. Memang tak jadi alasan, toh pada akahirnya ada toko online. Itu lah bedanya, toko online tak melahirkan tradisi dan kehangatan, karena kita gak bisa bertatap muka dan bertegur sapa dengan orang yang punya minat sama pada buku.

Dulu aku pikir, dengan siapa bisa mengobrol satu frekuensi soal dunia dan kemajuan iptek yang sering membuat kita ketar-ketir. Atau memperdebatkam kaidah hukum juga fenomena kaum berbalut agama, apa mereka terpengaruh oleh logika mistika atau justeru terkena brainwish kaum 'fremuseweri', yang ada tapi masih jadi misteri dunia. Benar atau tidak itu menjadi tanda-tanda eksistensial.

Buku-buku yang di-review kemarin.
Buku-buku yang di-review kemarin.

PBP jadi ruang bagi kami warga Pandeglang, begerak dari ritus terkecil. Membaca dan me-review bacaan itu lantas mendiskusikannya. Amat sederhana sekali, kadang bertikarkan tanah ditemani rumput-rumput. Ketika hujan gerimis turun menyirami, kami tak ambil pusing, di temani pohon yang rindang masih asyik saling lempar argumentasi.

Siapa yang berdiskusi? Siapa saja yang mau dan pastinya dia manusia juga seperti kami. Soalnya kami belum tahu, bagaimana berdiskusi dengan selain manusia. 

Kemampuan kami belum pada macam pakar mistis yang jago berbicara dengan obyek gaib. Apa lah hal gaib bagi kami, baru sekedar di yakini itu ada dan memang terasa, untuk langsung lebih dalam masuk ke sana nampaknya perlu mental cukup, dan kami masih belum punya baja selekelas mental eh mental sekelas baja.

Bolehlah kalau kami agak sombong sedikit kalau gerakan anak muda Pandeglang. Terlepas dengan suara nyinyir tentang kesadaran literasi daerah kami yang kurang menggigit. Belum terligat komunitas literasi yang konsisten seperti di Serang, Lebak dan lain-lainnya. Kami percaya, kita hanya butuh kesabaran dan ikhtiar yang nyata untuk menumbuhkan semangat membaca itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun