Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sebenarnya Shin Tae-yong Itu Ratu Adil atau Satria Piningit?

8 Januari 2025   00:13 Diperbarui: 8 Januari 2025   17:18 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Liputan6.com

Shin Tae Yong dipecat oleh PSSI,0 lantas gempar para pecinta sepak bola tanah air. Apa alasan pemecatan itu sampai sekarang masih menyisakan tanya, apa karena Pak Wapres apa kepentingan Pak Erick apa karena memang seharusnya STY mudik ke negeri tercinta. Saya membaca di beberapa media online, pemecatan ini menjadi keputusan dilematis. Tuduhan kepada ketua PSSI menggelinding masif, karena bagaimana pun, bersama STY ada banyak kemajuan berarti, terutama peringkat Indonesia naik begitu cepat karena berhasil melumpuhkan jawara Asia.

Suara yang berbeda justeru dari Tere Liye. Novelis kawakan ini cukup pedas berkomentar agar mereka yang tak setuju dengan keputusan ketua PSSI agar tidak baper. Kalau sudah dipecat, ya sudah dipecat saja. Terima saja. Kalau dikatakan STY berhasil melatih garuda muda sehingga punya taring, ya sudah. Sudah sepantasnya kok orang yang digaji tak kecil itu bisa "memantaskan" kualitas dirinya. Tapi bagaimana pun kita tak boleh bergantung ke satu orang. Kalau Pak Erik ingin nuansa baru di wajah sepakbola nasional maka sepantasnya kita hormati.

Dua arus pemikirian ini di atas memang cukup menarik. Yang satu patah hati karena merasa STY dicampakkan setelah lima tahun menyatu di bumi Idonesia. Kontraknya belum habis tapi entah kenapa harus dipecat. Apa kurang selama ini pencapaian juga apa yang STY lakukan pun rombak. Dipecat memang cukup menyakitkan, apalagi kalau kita memposisikan sebagai korban. Apalagi kalau melihatnya dari satu sudut pandang bukan banyak pandangan lain yang lebih logis.

Baca juga: Bukan Apa-apa

Bagimana pun kebersamaan selama lima tahun bukan waktu sebentar dengan beragam kemenangan. Kebersamaan ini yang menyebabkan mereka yang "baper" sehingga kontan saja komentar Tere Liye seperti menyayat sebagian hati dan rasa mereka. Kalau ibarat sebuah hubungan cinta, sudah pula diselingkuhi eh diputuskan di depan selingkuhannya. Itu sebuah pukulan telak. Maka kekecewaan jadi tumpukkan kesal, jengkel marah dan ujungnya--- bisa jadi benci.

Walau pun saya sendiri memahami komentar Tere Liye--- biasanya keras terus-- seperti sebuah teguran keras pada kita rakyat Indonesia bahwa perubahan selalu terjadi karena adanya RATU ADIL. Kita pun percaya akan adanya SATRIA PININGIT. Padahal siapa pun bisa membawa perubahan kok, asal ada kemauan dan kerjanya mau keras disertai ikhlas. Artinya, selain STY pasti ada orang-orang lain yang bisa lebih baik dari beliau. Untuk saat ini, ketua PSSI telah membocorkan nama-namanya. Apa mereka mampu membawa timnas kembali cemerlang? Itu harus kita tunggu, jangan dulu disimpulkam sekarang.

Kalau tidak setuju, ya tak apa. Tiap kita boleh kok berbeda asal harus ada batas di mana kita pun menaruh harapan pada kepengurusan selanjutnya. Kalau kata jurnalis Kumparan, selama ini tim garuda banyak terkendala bahasa dengan STY maka dengan coach baru bisa memimalisir bahasa tersebut. Karena bagaimana pun banyak pemain garuda itu naturalisasi yang pernah main di Eropa, jadi semoga pelatih baru bisa membaca kemampuan itu. Syukur mengembangkan agar lebih baik lagi. 

Di sisi lain kalau kita melihat keputusan ketum PSSI bukan melulu ada kepentingan semu saja. Sebagai ketua bisa saja beliau ingin penyegaran tubuh garuda muda kita. Selagi ada kesempatan, kenapa tidak digunakan. Ibarat prediksi, kalau gagal bisa coba lagi kalau berhasil ya itu yang diharapkan. Kalau untuk gagal, maka pengganti STY harus dikaji lebih dalam lagi agar tidak cacat langkah nantinya. Bagaimana pun di tangan pelatih baru nanti bakal jadi tercurah harapan jutaan warga negeri, tak boleh asal pilih.

Terlebih pelatih baru bakal menyedot anggaran negara yang tak murah, dan itu uang rakyat.

Kita tahu pun, sebagaian kita pun tahu gimic ketua ketua PSSI pada kepentingan politik praktis memang nyata--kalau boleh mungkin menyebutnya vulgar. Ini bukan kata saya tapi kata mantan pemain senior Indonesia. Tak apa sih itu normal selama keinginannya itu dibarengi usaha memperbaiki kualitas pemain garuda kita agar lebih cemerlang.

Akhirnya, siapa pun pelatihnya siap atau tidak, setuju atau tidak kita harus mau belajar menerima. Keputusan akhirnya ada di tangan elit di sana bukan di tangan kita. Kita yang kecewa harus menyisakan doa agar ada asa demi garuda kita. Maka, jangan terlalu terbawa arus rasa yang membuat kita gelap mata sampai lupa, bahwa kita hanya manusia biasa; bisa salah pun benar. Sedangkan yang setuju, maka tak usah terlalu vokal, secukupnya saja berkata karena bagaimana pun yang kecewa punya alasan kenapa mereka butuh waktu untuk move-on. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun