Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Melihat Lebih Dekat Proses Pemilu Kemarin di Kampung Saya

28 November 2024   23:24 Diperbarui: 28 November 2024   23:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di TPS kemarin malam. (Sumber: postingan hape adik)

Pemilu serentak kemarin, diikuti pula di daerah saya. Pilbut dan pilgub di kampung saya, rabu, 27 November 2024 berjalan lancar. Nyaris tak ada aral melintang dari awal sampai siang. Kesalahan muncul justeru saat penghitungan suara bupati, direncanakan rampung sekitar pukul 17.00 menjadi pukul 22.00 WIB.

Hal itu terjadi karena ada suraat suara yang tak sinkron dengan daftar hadir peserta pemilu. Katanya, ada tiga suara suara lebih. Kabarnya, itu kelengahan petugas saja. Maklum, dari beberapa tugas yang ada memang di isi oleh orang-orang baru secara penghalaman.

Saya melihatnya, bagus untuk kaderisasi. Anak muda-mudi diberi ruang untuk mengeksplorasi melek dan aktif di kegiatan politik. Tanpa kita tahu pemilu kemarin itu bagian dari proses politik di negeri tercinta yang berjalan. Biasanya diisi oleh wajah-wajah biasa yang menghiasai estafet kegiatan pemilu.

Namun karena banyak hijau itu dikhawatirkan terjadi kecerobohan (walau pun gak terjadi), itu yang cukup jadi perhatian dari pemantau pemilu juga para saksi yang jeli.

Adik saya misalnya, yang menjadi petugas survey-- pemantau dari media lokal, agak greget karena penghitungan agak molor. Ia harus menunggu, ketika di TPS lain sudah rampung di kampunnya belum juga. Hal itu dirasakan oleh pendukung salah satu calon yang saya temui, ia agak gemas karena bola-balik ke TPS penghitunghan suara bupati belum rampung pula.

Lepas dari itu, semua berjalan lancar. Minim konflik alhamdulillah. Pemilu tahun ini memang agak adem di banding tahun lalu. Money politic pun terlihat tak ada gejolak, entah memang tak ada atau mungkin semaput pergerakannya.

Ke rumah saya memang ada simpatisan calon yang mengimingi money itu, tapi saya tolak dengan halus. Bukan tak butuh uangnya tapi kami sekeluarga ingin memilih berangkat dari hati nurani. Siapaun yang kami pilih berangkat dari pilihan kami bukan desakan pihak mana pun.

Ada pula yang memberi sembako dengan membayar lima ribu rupiah dari simpatisan lain. Pas Emak lapor ke saya, saya jujur heran, kok harus bayar. Dalam hati berujar, ada-ada saja nih orang. Haha. Katanya sembako gratis tapi diminta hibah lima ribu, kelucuan apa lagi ini? Wkwkwwk.

Ada pula yang berbincang ke saya pergerakan paslon lain kurang leluasa karena banyak pasukan intel tersebar, kalau ceroboh bisa tertangkap basah melakukan pelanggaran pemilu. Herannya, untuk penerus incumbent sendiri leluasa bergerak. Gak adil, sporadis banget katanya.

Saya gak tahu, katakan benar, itu potret politik yang sering terjadi bukan. Upaya-upaya kotor jamak terjadi, banyak yang tahu tak bisa apa-apa. Sebab kalau ada yang vokal bersuara, suara itu bakal jadi pukulan telak untuk dirinya sendiri. Hiks!

Kalau pun tidak, politik kan seni. Siapa yang pintar memainkan peran maka ia yang bakal mendapat amunisi. Bisa kemenangan pun kekalahan. Tergantung dari sisi mana sumber daya itu digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun