Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Salah Paham

8 November 2024   22:57 Diperbarui: 9 November 2024   01:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber dokpri.

Tadi siang, seorang ibu mudah membeli pulsa ke saya. Singkat kata, saya kirim, prosesnya sukses karena notifiksai sudah masuk. Tak lama ia komen, katanya pulsa belum masuk. Saya bingung, kok bisa, setahu saya kalau sudah ada notifikasi masuk tandanya sudah berhasil.

Yang bersangkutan, tetap ngotot. Lapor dong saya ke bos, gimana ini kasus macam gini. Bos mengorfirmasi kalau sudah sukses dan nomor terdaftar, ya sudah. Terjadi adu argumen saya sama muda itu.

Saya merasa benar, karena sesuai nomor yang ia sodorkan. Ibu muda itu merasa benar, karena pulsa belum masuk. Untungnya ada adik saya jadi penengah di antara keributan itu.

Dan kamu tahu siapa yang salah? Ternyata, ibu muda itu salah menulis satu nomor saja. Ya ampun, gara-gara satu nomor raib pula nominal yang lumayan itu. Dia minta maaf, yang menuduh saya macam-macam. Padahal saya cuma satu macam. Woke, saya terima maafnya.

Peristiwa tadi membikin saya agak syok, betapa dituduh bohong itu tidak enak. Enaknya dituduh yang baik-baik, pengennya. Walau pun tetap saya berpikir, kenapa saya harus merasa sempurna. Justru ini alarm, siapa pun bisa salah dan menyalahkan.

Kalau sekarang saya disalahkan, bukan tidak mungkin esok saya juga menyalahkan orang. Alasannya sih, bla-bla. Padahal apa repotnya, sebelum menyalahkan bertanya ke yang bersangkutan daripada menghakimi.

Dipikir-pikir saya sering menyalahkan orang, tanpa mau tahu isi hatinya. Isi hati orang kan berbeda-beda. Apa yang kita anggap negatif belum tentu aslinya begitu. Kalau pun perbuatan negatif itu mungkin ada alasan yang mendasarinya. 

(T#)

Pdg, 7 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun