Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berita Kematian Tetangga Kami

24 Oktober 2024   22:47 Diperbarui: 24 Oktober 2024   23:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Clikbmi.com

Tiba-tiba pagi tadi, kampung kami dikejutkan dengan peristiwa jatuhnya Ma Emun di kamar mandi. Dengan kondisi tidak sadar, dengan keadaan yang cukup mengkhawatirkan. Aku yang menengok pun mengelus dada, pun warga yang lain. Betapa azal datang begitu cepat, tanpa peduli kita siap apa tidak.

Apalagi sinyal itu sudah terlihat dari pecahnya pembuluh darah, ditambah diagnosis sementara dari nakes yang yang memberitahu, kemungkinan untuk kembali sehat agak nihil. Beberapa jam kemudian, azal menjemput ruh suci itu, tepat di hari kamis, di rumah sakit Banten.

Aku yang menyaksikan pun hadir di sana, melihat awan duka yang mendalam. Tidak mudah menerima kenyataan kehilangan jantung keluarga, di saat yang sama kekagetan waktu begitu cepat memisahkan. Aku memang sebisa menguatkan saat takjiah, ikut yasinan dan merenungkan pesan Ilahi di balik peristiwa perginya warga kami ini.

Di benakku teringat beberapa silam bapak pergi ke alam abadi sana. Mungkin pula efek pembuluh darah pecah, kalau secara medis, terlihat wajahnya yang masya Allah. Tak sempat dicek nakes pun tak sempat pula kami sadar bapak memang sadar, apalagi terjadi pukul 02.00 dini hari. Jam di mana masih nyenyak terlelap di alam mimpi.

Sedangkan kami berjibaku melewati malam dengan harapan, agar bapak kembali sehat. Di detik akhir, antara sadar dan tidak, antara kuat dan tidak dan di titik meyakinkan diri... bapak memang sudah dijemput malaikat pencabut nyawa. Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Ayat itu secara jelas menginformasikan, tak ada yang abadi di mayapada ini.

Walau pun tadi aku agak sendu karena tidak bisa mengantar almarhumah sampai ke peristirahatan terakhirnya. Badan ku lemas, entah karena belum makan dari pagi atau mungkin kurang fit saja sehingga alfa. Terlebih kondisi Emak yang agak labil, asam lambungnya kambuh lagi. Jauh di sini doa terhatur, semoga cerah kuburnya!

Seusai salat ashar, aku merenungkan diri: wahai jiwa, lihatlah, kematian begitu dekat. Kalau hari ini yang lain, mungkin esok kamu. Mungkin beberapa detik lagi kamu. Bekal apa yang kamu bawa dan banggakan di sana.

Tak sadarkah kamu, kemarin almarhum masih tersenyum dan menayapa. Masih beraktivitas seperti biasa, tahu-tahu ini momen tak lama lagi dijemput ke dunia abadi. Di titik itu almarhumah tak punya lain, tapi kita yang sekarang terjaga mengambil pilihan dan sikap. Akan ke mana nikmat hidup yang kamu miliki.

Aku ingat kata-kata bertenaga dari Sayyidina Ali, kalau kamu ada di waktu pagi jangan menunggu sore untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Lakukan sekarang. Kalau kamu berada di waktu sore, jangan menunggu pagi untuk bebuat kebaikan. Lakukan sekarang selagi ada kesempatan karena kita gak tahu di detik kemudian, masih adakah jatah umur kita?

Semoga kita bisa lebih eling lagi dengan tanda-tanda dan nasihat kehidupan. Sebagaimana nabi katakan, aku tinggalkan nasihat yang diam dan bicara. Sahabat heran dan bertanya kembali, apa itu nasihat yang diam dan bicara. Nasihat bicara itu Al-Qur'an dan yang diam itu kematian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun