Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Selalu Ingin Rukun dalam Beragam(a)

15 Juli 2024   21:45 Diperbarui: 15 Juli 2024   22:06 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar acara Log in di Youtube  Deddy Corbuzeir.

Saya terharu dengan menonton Log in episode 30 menjelang hari raya kemarin, yang bisa mengumpulkan tokoh lintas agama dalam satu acara. Semuanya punya otoritas dan kemampuan untuk menerjemahkan-menjelaskan agamanya, karena hampir punya riwayat pendidikan yang bagus.

Misalnya Bante Dira, tokoh agama Budha yang cerdas, unik dan kocak. Tiga hal yang selama ini agak rancu di nalar kita, orang awam. Setahu kita, biksu ya kalem, pendiam dan bijaksana. Segan gitu kalua menyapa. Nyatanya, beliau nampak membumi.

Menyampaikan nilai dan esensi ajaran Budha seperti apa dengan bahasa yang renyah.Di saat yang sama punya semangat belajar yang tinggi. Untuk menguasai bahasa Indonesia yang baik, termasuk sarjana S2 di jurusan Bahasa Indonesia. Hal itu demi menunjang syiar-nya kepada khalayak.

Kita pun melihat tokoh agama Konghucu, Pak Kris- berbicara tegas dan lugas. Bukan hanya beliau sih yang lain sama. Uniknya, beliau pernah kuliah di universitas Islam jurusan Ushulludin.

Wajar terlihat lebih memahami Islam di banding yang lain. Beliau juga beberapa kali mengutip perkataan Gus Dur, baik terkait toleransi pun nilai keberagaman. Toleransi itu ketika kita "mau terbuka" dengan nilai kepercayaan masing-masing.

Pendeta Brian saya pikir yang lumayan unik dengan tatonya, tampilan macam artis tiongkok sana. Siapa nyana, beliau tokoh Protestan progresif, sebuah gerakan yang kerapkali dicap radikal.

Ada pun yang saya tangkap ialah sejujurnya kita punya perbedaan. Perbedaan ini bukan untuk diperdebatkan apalagi untuk saling menjatuhkan. Seharusnya dari perbedaan kita bisa saling mewarnai.

Seperti yang diungkapkan dari agama Hindu, bahwa kita disatukan dengan Bhineka Tunggal Ika. Burung garuda itu semangat kita bersama, bukan akhir perjalanan kita tapi sepanjang perjalanan sebagai warga negara yang baik terus harmoni.

Seperti yang berulang kali diungkapkan Habib Jafar, agama sejatinya mengajarkan cinta. Tiap agama berbeda dalam kebenaran tapi bersama dalam kebaikan. Optimisme ini harus terus digalakkan agar negeri tercinta tetap aman, nyaman dan sejahtera. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 17 Juli 2024   21.43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun