Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

IBP Pandeglang, Gerakan Penyadaran Literasi di Pandeglang

6 Juli 2024   23:44 Diperbarui: 7 Juli 2024   00:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input dokumen pribadi.

Sore tadi, telah berlangsung IBP (Indonesia Book Party) di alun-alun Pandeglang. Acara yang kabarnya serentak diadakan di beberapa tempat di Jabotabek. Ketuanya  Kang Jibrong. Moderator tadi sih Kang Miftah--relawan komunitas literasi Rumah Dunia di Serang. Acara itu sendiri digagas untuk semua orang, terutama para pecinta buku.


Apa yang dilakukan di sana?

Masing-masing membaca buku. Setelah dirasa cukup, satu per satu menyampaikan apa yang didapatkan dari apa yang dibaca. Setelah itu mendiskusikan. Sesuai kemampuan yang kita pahami.

Misalnya Kang Miftah sedikit mengulas buku Ada Serigala Betina di Dalam Diri Perempuan. Poin yang disampaikan, kenapa Serigala Betina? Karena Serigala  termasuk hewan yang bisa menjaga buah hatinya, mampu survive meski tak ada pasangannya dan mampu menyatu dengan lingkungannya.

Input sumber dokpri.
Input sumber dokpri.

Dalam konteks ini, perempuan butuh kebebasan sebagaimana yang melekat padanya. Wanita punya hak belajar dan mengepresikan dirinya. Tema ini yang kemudian kami diskusikan, bahwa stereotif perempuan hanya di rumah saja tidak benar.

Bagaimana pun perempuan berhak menggapai cita-citanya. Di mulai dari hak mencicipi bidang pendidikan. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan. Jangan halangi untuk menikmati akses belajar sampai jenjang tertinggi sekalipun.

Saya setuju perempuan harus diberi kebebesan sebagaimana yang disering disampaikan kaum feminis, tetapi harus ada batas. Batas di mana harus tahu kodrat. Misalnya terus mempertentangkan wanita vs Islam. Sebelum barat fasih bicara hak wanita, Islam lebih dulu membahasnya.

Bukankah kita tahu hadits nabi yang berbunyi bahwa fardu untuk tiap muslim laki-laki dan perempuan untuk mencari ilmu. Kata Ulama, di susunan kalimat itu ada kata Fardu bukan wajib. Artinya, seolah-seolah di sana penekanan kaum muslimin mencari ilmu.

Di sini jelas tak ada diksriminatif sendiri. Di tataran lebih luas, bukannya sekarang banyak perempuan duduk di lembaga tinggi negara. Ada yang menjadi presiden, dokter, dosen, bupati, gubernur dan lain-lainnya. Kalau ada orang masih menyinggung ini, barangkali dia saja kurang maksimal mengelola kesempatan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun