Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saya (Tidak) Takut Bertemu Pak Polisi

31 Mei 2024   15:26 Diperbarui: 31 Mei 2024   15:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sekitar jam 9, pagi tadi, saya ke Polsek Cadasari. Ke sana untuk mengurus surat kehilangan KTP almarhum bapak saya. Sebenarnya yang menghilangkan itu adik, tapi ia takut kalau bertatap muka  langsung dengan Pak Polisi. Takut apa? Takut ditangkap! Hihi.

Aneh memang, emang ia buronan atau terbelit kasus hukum apa sehingga takut kalau ketemu Polisi. Tak hanya ia sih, adik saya yang lain termasuk Emak agak takut kalau ketemu Pak Polisi dan Pak tentara. Alasannya, takut dipenjara.

Lucu emang. Dikira Polisi bisa main tangakap dan jebloskan ke penjara seenaknya. Hadeh, ada-ada saja. Mungkin itulah efek melihat atau menonton sinetron yang selalu terlihat Polisi pasti menangkap orang dan langsung menjeblokan orang ke terali besi.

Apakah saya takut?

Kalau saya sih, biasa saja. Ada sih deg-degan takut salah ucap, nanti dicap radikal! Hehe. Ga ding, saya mah biasa saja. Di mata saya Pak Polisi manusia juga kok, cuma yang memang agak bikin kikuk mungkin seragamnya sama pistolnya, itu sih.

 Makanya tadi pagi saya lagi uji mental. Saya datang ke Polsek, dengan sarung dan peci hitam yang tingginya 12 m serta membawa berkas yang dibutuhkan. Bergegas saya ke Polsek, parkir motor dan mematut diri di kaca depan pintu masuk. 

Setelahnya, ya disambut senyum bapak Polisi yang sedang duduk santai dengan rekan yang lain. Saya ucapkan salam dan menjabat yang ada di sana, tiga orang. Dipersilahkan duduk dan ditanya-tanya gitu, ada apa. Setelah tahu, ya menunggu dan nimbrung dengan beliau.

Apa yang diobrolkan? Soal kasus kriminal akhir-akhir terjadi di Pandeglang. Soal anak membunuh bapaknya di wilayah Menes sana, ternyata ODGJ. 

"Dari laporan pihak rumah sakit jiwa dinyatakan sembuh, makanya pulang. Pas pulang minta dibelikan motor sama ibunya, ya emak nya karena gak punya uang minjem dulu ke tetangga. Di rumah cuma ada pelaku sama korban, ya korban itu ditimpuk sama batu yang besar saat ibunya pergi," kata Pak Polisi yang lebih senior, mungkin pengawas di sana atau komandannya. 

Ngeri banget saya membayangkannya. Versi media online lokal katanya pelaku minta rokok ke bapaknya tapi gak dikasih karena bapaknya ga punya uang. Mungkin uangnya sama ibunya. Namanya orang baru sembuh, belum normal seutuhnya, ya begitulah.

Pak Polisi cerita juga menjamur aliran sesat di Pandeglang. Beliau cerita ada aliran sesat mengaku Tuhan di Jakarta. Usianya masih muda. Belum aliran ahmadiyah dan aliran di Cikeusik yang dulu sempat bikin geger.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun