Usiaku sudah menginjak kepala tiga. Teman sebayaku satu persatu sudah menikah, meskipun ada yang cerai lagi, ada yang belum dikaruniai buah hati tapi inilah yang selalu melecut perasaanku hari demi hari. Betapa orang-orang sekitarku harap-harap cemas menanti keputusanku untuk menikah. Ya....menikah dengan wanita dan menjalani kehidupan normal. Inilah keinginanku satu-satunya saat ini. Bukannya aku nggak berusaha mencari calon istri. Setiap kali mendekati wanita aku selalu berupaya tampil maskulin, tapi ketika mulai asyik bercengkerama tanpa sadar muncul begitu saja gaya bicaraku seperti seorang wanita, dan akhirnya yang terjadi bukan lagi seperti seorang lelaki berbicara dengan wanitanya tapi lebih mirip ajang ngerumpi-nya para gadis.....ampyuuunnn dueeehhh...!! Aneh juga, Â body language-ku katanya mirip lenggak-lenggok seorang wanita. Padahal aku sudah berusaha mati-matian merubah gaya yang sejak dari balita sudah seperti itu. Emaaak....Bapaaak,.....apa yang salah dengan anakmu ini???? Ngidam apa sih waktu hamil aku dulu...???? Jujur, setiap pagi "burung"ku juga bangun lebih dulu, dan aku juga tertarik dengan wanita lawan jenisku. Meski kadang aku juga merasa "serr" bila bertemu pria tampan. Sebagian temanku menghibur, "si fulan juga gaya dan bicaranya kayak kamu gini, tapi dia nikah dan bisa menghamili istrinya, sekarang dia punya tiga orang anak!" Aku harus bertekad bulat-bulat. Kalau banyak orang di kampungku sudah tertanam image ke-bancian-ku, sebaiknya aku cari saja calon istri dari luar kampungku. Aku akan buktikan bahwa aku adalah laki-laki sejati dan kalian semua akan berhenti memanggilku BANCI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H