Mohon tunggu...
M. Mahrus Afif
M. Mahrus Afif Mohon Tunggu... -

Sekali hidup, Selamanya berarti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadzab, Istimewa atau Abnormal?

23 September 2014   08:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:51 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pesantren, menjadi salah satu tempat dimana manusia berlomba-lomba menuntut ilmu agama. Setiap orang mendengar kata “pesantren”, konotasi yang pasti tersirat adalah tempat yang damai, tempat untuk mendekatkan diri kepadaNya, tempatnnya orang pinter agama, tempat orang berakhlak mulia, tempatnya orang cakep dan cantik. Haha. . lalu apakah konotasi di masyarakat tersebut sepadan dengan realita sesungguhnya para santri didalam pesantren? Dan dengan tegas saya menjawab IYA SEPADAN SEKALI, memang itulah realita pesantren.. .jangan kaget, saya mengatakan seperti itu karena saya juga seorang santri. (pembelaan) :-D . Dan dari sanalah terkadang saya berfikir bahwa dalam proses pembelajaran di pesantren bukan niat tulus mencari ilmu, tapi juga memenuhi “label” dari makna konotasi di masyarakat tersebut. Hehe, (gak dosa kan?)

Haha (ketawa duluu),,

Terlepas dari guyonan tersebut, kehidupan di pesantren memang sangat menarik bagi saya, sehingga sampai saat ini saya setia menjadi santri sekaligus mahasiswa. Banyak hal yang membuat saya betah tinggal di pesantren selain karena ngaji-nya, kebersamaan antar santri, kehidupan sederhananya, penyakit gudik (haha), sampai pada kebiasaan ghosob yang menjadi kebiasaan wajib setiap santri. Semua menjadi suatu warna hidup yang menarik untuk diceritakan ke anak cucu nanti.

Keistimewaan lain, didalam pesantren sendiri banyak istilah-istilah khusus yang digunakan para santri untuk melabelkan sesuatu. Label tersebut diberikan tidak asal asalan, pasti sesuai dengan kapasitas dan budayanya. Misalnya Gus, Ning, cak, kang, kitab kuning, diniyah, murojaah, Ghosob, meril, jadzab, dll. Hal tersebut seakan sudah menjadi budaya disetiap pesantren. Tidak ada undang-undang atau peraturan yang mengatur bagaimana istilah-istilah tersebut digunakan dan disematkan. Nah,, berbekal dari menariknya istilah tersebut, disini saya akan mengupas salah satu istilah yang sering disebut para santri, yaitu Jadzab. Dalam pembahasan ini tentunya saya memandang istilah Jadzab tersebut dari sisi Psikologi khususnya Psikologi Abnormal. Karena saya adalah seorang mahasiswa psikologi dan lagi-lagi mata kuliah ini yang sangat menginspirasi saya untuk terus menulis.

Yaa, kita masuk dalam pembahasan ^..^

Jadzab merupakan istilah yang dilabelkan kepada para santri yang bertingkah nyeleneh, slintat slintut, berbeda dengan teman sebayanya, bertingkah diluar kewajaran, tanpa aturan, dll. Label Jadzab tersebut kebanyakan melekat pada putra kyai atau pengasuh pesantren ataupun kepada santri-santri yang istimewa dalam pemikiran keilmuan. Kata Jadzab sendiri berasal dari bahasa arab yaitu jadzaba yang berarti menarik, memikat, menawan hati. Jadi secara umum orang yang diberi label Jadzab adalah orang yang bertingkah laku yang memikat orang lain, menarik perhatian orang lain sehingga orang lainpun beranggapan bahwa dia adalah orang yang istimewa. Itu pengertian secara umum ketika kita membuka dalam kamus bahasa arab.

Lalu, apa hubunganya Jadzab dengan tingkah laku abnormal?? Hanya sesimpel itukah?

Pembahasan tingkah laku Jadzab tidak berhenti dipengertian tersebut. Ketika kita melihat realitas sosial budaya pada kalangan pesantren, Jadzab menjadi istilah yang sangat kompleks dan pembahasan yang mendalam. Seolah pengertian diatas hanya 20% saja untuk menggambarkan makna Jadzab yang dikenal masayarakat pesantren. Lalu seperti apa makna Jadzab dikalangan pesantren? Apa hubungannya dengan psikologi khususnya dibidang psikologi abnormal?

Pasti nunggu pembahannya ya? :-D . . . Biar penasaran, pembahasan mengenai Jadzab akan dibahas pada artikel selanjutnya, (ohh,, pasti kecewa). Santai saja, ikuti terus artikel saya, dan edisi selanjutnya akan menjelaskan Jadzab dipandang dalam ranah psikologi abnormal. Dijamin top cerr dan tidak mengecewakan dahh.. . Peace :-D

Wallahua’lam . .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun