Asesmen, menjadi salah satu kata yang akhir-akhir ini menjadi trend anak muda khususnya mahasiswa psikologi. Tampak keren apabila mahasiswa psikologi mondar mandir dengan membawa beberapa berkas-berkas lalu ditanya “kamu sibuk ngapain ?”, lalu dia menjawab “lagi sibuk ngasesmen klien nih“. Iyaahh, , memang benar, salah satu bidang atau kemampuan yang harus dikuasai lulusan psikologi adalah asesmen. Tanpa adanya asesmen, psikiatri tidak bisa mengetahi bagaimana kepribadian kliennya, khususnya dalam bidang klinis. Psikiatri yang tidak melakukan asesmen sama saja dengan dokter yang tidak melakukan pemeriksaan pada pasiennya. Jadi asesmen menjadi bagian sangat penting bagi seorang psikiatri, dokter, tabib kepada pasiennya.
Lalu, apa itu asesmen?
Menurut Kendal (1982), dia menyatakan bahwa asesmen klinis merupakan proses pengumpulan informasi mengenai klien atau subyek atau pemahaman yang lebih baik kepada seseorang. Dalam masalah ini dijelaskan lebih terperinci dalam bukunya (Ardi, dkk. 2007) bahwasanya dalam mengartikan definisi tersebut Kendal mengemukakan “untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik”. Hal ini mengiimplementasikan bahwa asesmen ini merupakan cara memperdalam pemahaman yang berbeda dan dilakukan dengan cara lain, antara lain pergaulan yang biasa dan intensif. Dalam proses asesmen ini, psikiatri memilih metode asesmen dan melaksanakan memeriksa, serta menafsirkan informasi yang telah dihasilkan. Yang essensial bagi psikiatri dalam melakukan asesmen adalah menentukan macam informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara melihatnya. Dan informasi yang telah dikumpulkan dalam asesmen tersebut digunakan untuk menunjang keputusan-keputusan, seperti penyaringan dan diagnostik, evaluasi dan intervensi, serta riset.
Dalam keilmuan psikologi banyak jenis-jenis asesmen, diantaranya adalah asesmen intelegensi, kepribadian, asesmen neupsikologis, dan asesmen perilaku. Asesmen iintelegensi dan kepribadian digunakan untuk mengukur tingkat intelegensi dan kepribadian seseorang, kebanyak dilakukan dalam bidang pendidikan maupun organisasi industri. Sedangkan asesmen neupsikologis ini melibatkan pengukuran tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan atau kekurangan dalam fungsi otak. Sedangkan asesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik dalam keadaan lingkungan dengan teliti diperiksa untuk menentukan peranan mereka terhadap pengfungsian klien.
Sedangkan metode yang digunakan dalam asesmen, diantaranya adalah wawancara, observasi, tes, asesmen-asesmen perilaku, kunjungan rumah, catatan kehidupan, dokumen pribadi, dan pemfungsian psikofisiologis. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, kali ini banyak ditemukan metode-metode baru dalam asesmen. Kemarin (25/03) dalam diskusi matakuliah Psikologi Klinis dikemukakan adanya penemuan metode baru dalam asesmen yaitu menggunakan jejaring sosial. Jejaring sosial yang banyak digunakan adalah Facebook dan Twitter, alasan mengapa menggunakan metode tersebut sangat simpel.
Pada dasarnya setiap status yang diupdate dalam akunnya merupakan manifestasi dari sebuah perasaan-perasaan yang dia alami saat itu, jadi semakin banyak dan semakin sering dia update status dalam jejaring sosial tersebut, semakin mudah psikiatri dalam melakukan asesmen denan metode ini. Akan tetapi, keakuratan dalam metode ini masih belum bisa dijadikan patokan, karena masih banyak kekurangan-kerurangan belum bisa diprediksi. Seperti halnya ketika subyek yang berumur lebih dari 20 tahun, dia menggunakan jejaring sosial murni sebagai dunia maya. Hanya status-status yang memang dia anggap positif dan pantas saja yang ditampilkan, status lebih kepada kata-kata bersastra yang butuh pemahaman lagi untuk dicerna. Hanya ada satu emosi saja yang ditampilkanm beda dengan subyek remaja dibawah umur 20 tahun. Dimana, kapan saja, apa yang dia rasakan, sampai bersama siapa dia melakukan aktifitas semuanya dijadikan status, dalam hal ini remaja tersebut sangat ekstrofet dalam segala hal. Adanya keunikan-keunikan dalam jejaring sosial tersesebut disambut baik dengan psikolog untuk diteliti dan dilakukan pengembangan terhadap metode-metode asesmen yang semakin beragam.
Adanya keberagaman metode tersebut menambah pula keberagaman bahan ajar dalam keilmuan psikologi. Tentunya hal-hal yang kecil, sederhana, namun menarik tersebut apabila kita lebih peka dan kritis dapat dikembangkan menjadi sebuah keilmuan baru yang mempunyai nilai pengetahuan yang tinggi. Iyaa, , inilah psikologi, dimana ada nafas, disitulah psikologi ada.
Wallahua’lam. .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H