Mohon tunggu...
Arif Mahroza
Arif Mahroza Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi (Public Relations) UNMUL Based in Samarinda Arif.maroza@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran dan Pengalaman dari Kota Bontang

13 Juni 2016   10:35 Diperbarui: 13 Juni 2016   10:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suara gemericik air hujan yang turun membasahi tanah borneo menemani langkah keberangkatan saya dan teman-teman menuju kota Bontang, kami adalah mahasiswa dan mahasiswi fakultas FISIPOL jurusan Ilmu Komunikasi yang akan melaksanakan Study Tour ke kota Bontang. Pukul 05.00 WITA bis kami mulai meninggalkan Universitas Mulawarman, hujan masih terus membasahi aspal hitam yang kami lewati, embun bercampur kabut tebal menghalagi pandangan didepan, membasahi kaca bis membuat tetesan-tetesan air merembes sampai kedalam bis. Sepanjang perjalanan saya habiskan waktu untuk bercanda dan tertawa bersama teman-teman, membuat suasanan yang dekat menjadi akrap, bahkan rasa dingin diluar seakan tak mampu menerobos masuk kedalam keakrapan yang kami ciptakan. Pada pukul 09.00 kami sampai dipermberhentian pertama kami di kota Bontang tepatnya di PT. Badak LNG. Dari sinilah saya dan beberapa teman mulai membuat sebuah vlog (video blog). 

Saat ini cuaca masih hujan, kamipun bergegas keluar bis langsung menuju town hall PT. Badak LNG untuk melakukan kuliah umum, dipintu masuk kami disambut oleh seorang wanita cantik berhijab dengan senyum yang sangat menawan, kuliah umumpun dimulai. Setelah pemateri selesai menyampaikan materinya lalu kami diajak untuk melakukan tour keliling PT. Badak LNG dengan menggunakan bis, saat tour tersebut banyak hal yang baru saya dapatkan, PT. Badak LNG yang begitu luas ternyata terbagi atas 3 Zona dan masing-masing zona tersebut memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda, ketika memasuki zona satu saya masih biasa saja lalu memasuki zona dua dan tiga saya mulai melihat sesuatu yang baru kali ini saya lihat secara langsung bukan melalui film, di zona dua dan tiga saya tidak merasa seperti di Indonesia melainkan seperti di Rusia apalagi saat itu cuacanya sedang hujan dan berkabut membuat suasanan seperti bersalju.

Saat itu saya seperti merasa berada disebuah Negara maju dengan berbagai teknologi dan peralatannya yang sangat canggih, pipa-pipa raksasa malang-melintang sejauh mata memandang, semburan api disebuah flare, tabung-tabung penyimpanan raksasa dari baja yang sangat tebal semua itu membuat saya sangat takjup. Setelah selesai melakukan tour tersebut kami melakukan sesi foto bersama diatas podium. Acara di PT. Badak LNG pun telah selesai, kami lanjutkan perjalanan kami menuju Koperasi milik PKT Bontang untuk melakukan kuliah umum lagi.

Akhirnya tiba pada acara yang kami semua tunggu-tunggu yaitu jalan-jalan, destinasi yang kami tuju adalah Bontang Kuala, pukul 16.00 WITA kami sampai disana. Disini terasa berbeda mentari telah menampakkan wujudnya dari balik kumpulan awan mendung, rasa hangat menyentuh permukaan kulit, hembusan angin meniupkan aroma ikan asin, langit cerah seakan merefleksikan birunya warna air laut, sunglasses pun terpasang tepat didepan mataku. Suara gemuruh lantai kayu ketika diinjak dan suara ketinting menambah khas suasana pemukiman di Bontang Kuala ini, sampai pada akhirnya saya dan teman-teman berhenti disebuah cafe tempat kami bersantai. Jam menunjukkan pukul 18.00 WITA, artinya kami harus sudah berada didalam bis dan bergegas kembali menuju Kota Samarinda, Roda bis mulai berputar kamipun perlahan meninggalkan kota Bontang.

Disinilah petualangan mistik kami dimulai. Cahaya jingga mewarnai langit disepanjang perjalanan seakan menyimpan sebuah kisah romantis penuh misteri didalamnya. Suasana didalam bis 3 saat itu terasa sangat sunyi karena kami merasa sudah sangat lelah, mencoba tidur ditemani gelapnya senja. Lalu sekitar pukul 19.00 WITA bus kami berhenti disebuah warung dan kami keluar untuk melakukan solat magrib, supir bis mengecek keadaan bis dan ternyata bannya bocor kamipun memutuskan untuk membantu mengganti bannya. 

Setelah selesai kami langsung melaju melanjutkan perjalanan, setelah kurang lebih berkendara selama satu setengah jam masalahpun mulai muncul kembali. Lampu bis berkedip-kedip dan tiba-tiba mesin bis mati tepat disebuah turunan bukit, suara gonggongan anjing terdengar dari luar bis memecah keheningan didalam bis 3, lalu supir bis bergegas turun dan memeriksa keadaan mesin, semua laki-laki dibis 3 juga akhirnya memberanikan untuk ikut turun dan membantu apapaun yang bisa dibantu disitu, dari yang memberikan penerangan sampai yang memberikan tanda dibelakang bis. Ketika diluar kami baru menyadari kami benar-benar ada ditengah hutan dan hanya ada sebuah rumah panggung dibelakang bis kami dengan cahaya lampu berwarna kuning yang sangat redup. Kebetulan saya dan teman saya si eko yang memasang tanda dijalan dengan mematahkan beberapa ranting pohon untuk diletakkan dibelakang bis. 

Semakin kami berjalan jauh kebelakang bis dan semakin mendekati rumah panggung untuk mencari ranting, suara gonggongan anjing semakin keras terdengar membuat jantung berdetak lebih cepat dan rasa takut saya mulai muncul, kendaraanpun mulai jarang melintas karena saat itu waktu sudah menunjukkan kira-kira pukul 21.00 wita. Saya dan eko berusaha mencari asal suara tersebut ternyata dari rumah panggung yang berada dibelakang bis kami berhenti. Kamipun bergegas kembali ke bis karena melihat teman-teman sedang mendorong bis yang sudah diperbaiki, percobaan pertama kami dorong dengan sekuat tenaga ditengah hutan yang gelap gulita, percobaan pertamapun gagal sopir bis kembali turun dan mengotak-atik mesinnya lagi, perasaan saya mulai tidak karuan berfikir tentang seusatu hal yang negatif apapun yang bisa terjadi pada kami. 

Akhirnya supir sudah siap lagi dikursinya kamipun melakukan lagi hal yang sama mendorong bis tersebut dengan sekuat tenaga ditemani dengan alunan suara gonggongan anjing yang menambah suasana menjadi mencekam, dan akhirnya mesin menyala asap kenalpot mulai mengepul lagi, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan karena sudah tertinggal jauh dari rombongan bis satu, dua dan empat yang menunggu didepan. Diperjalanan seorang teman perempuan kamipun berbicara bahwa dia membawa lemper. Dari situ saya mulai bingung memangnya ada apa dengan lemper, temen saya itu bilang “pamali bawa lemper kalau lewat tengah hutan bisa mengundang makhluk halus, tadi aku baru sadar ada lemper dikotakan makanya langsung aku lempar keluar eh langsung nyala mesin bisnya”. Dimulai dari situ pikiran dan perasaan kami mulai cemas bulu kudukku berdiri kalau melihat sepintas kebelakang ketika bis mogok tadi, ditengah hutan  yang gelap gulita ditemani suara gonggongan anjing.

Akhirnya kami bertemu rombogan sekitar pukul 21.30 wita disebuah warung dipinggir jalan, supir bis turun untuk mengisi bahan bakar. Ketika akan menyalakan bisnya kembali mogok mesinnya tidak mau menyala, kamipun kembali mendorong tapi kali ini dengan jumlah orang yang lebih banyak karena dibantu dengan rombongan yang lainnya. Kali ini ditemani dengan suara-suara teriakan dari kami “Dorooooooooong”, dan setelah mendorong kira-kira sejauh 50 m ada seorang teman saya namanya leo berbisik kepada saya dia bilang “bau melati” saat itu juga seluruh tubuh saya merinding dan saya langsung berhenti ikut mendorong, perasaan negatif muncul lagi dan semakin bertambah parah, bispun berada diturunan gunung tetapi masih belum menyala juga, keringat mulai mengalir rasa lelah rasa takut memenuhi pikiran dan tubuh saya, dari situ rombongan berinisiatif membagi penumpang bis 3 untuk ikut dibis 1, 2 dan 4.

Rombonganpun mulai kembali ke bis masing-masing. Tidak sampai disitu saja teman kami yang bernama imampun berinisiatif untuk membuang semua nasi kotak yang ada didalam bis 3, ia lalu mencari dibawah kursi didalam tas dan membuangnya semua keluar. Setelah semua makanan dibuang keluar supir bis mencoba lagi menyalakan mesinnya dan anehnya mesinnya menyala lagi, kami semua bergegas masuk kedalam bis dan langsung melanjutkan perjalanan sampai kesamarinda tanpa ada masalah mesin bis mogok lagi. Dari situ saya menyadari dari setiap perjalanan pasti akan memberikan sebuah pengalaman, dan pengalaman tersebut harusnya menjadi sebuah pelajaran yang pantas bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun