Mohon tunggu...
Ismail Mahmud
Ismail Mahmud Mohon Tunggu... Relawan - Ketua Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Periode 2019-2021

MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNM (2016-Sekarang) Facebook: Ismail Mahmud Instagram: ismaill_mahmud

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Ibu Kota, Mimpi Anak Desa Terwujud

31 Maret 2020   13:42 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


11 Oktober 2015 menjadi cerita indah dalam hidup saya, sebab lolos dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal (Setjen) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI). kegiatan tersebut yaitu Parlemen Remaja sebagai kegiatan pendidikan politik bagi generasi muda di seluruh Indonesia. Persyaratan mengikuti kegiatan tersebut yaitu lolos dalam seleksi Curriculum Vitae dan esssai dengan tema “DPR Menuju Parlemen Modern”. Pendaftar dalam kegiatan tersebut sebanyak 2114 pelajar SMA/SMK/MA dari seluruh nusantara dan hanya 136 yang akan dipilih untuk ke Jakarta belajar terkait dengan fungsi dan tugas sebagai wakil rakyat.


Saya sendiri membuat essai dengan judul “Jika saya menjadi anggota DPR RI” berhasil menjadi salah satu peserta dari 136 terpilih yang diundang ke Jakarta. Waktu itu saya juga sudah menginjakkan kaki di kelas XII SMAN 2 Sinjai. Setelah memang sebelumnya beberapa kali ikut perlombaan menulis di tingkat Kabupaten dan selalu meraih juara sehingga menjadi bekal bagi saya berkompetisi di level nasional. Jika mengingat masa masa kecil saya memang selalu bercita-cita untuk keliling Indonesia utamanya di Ibu Kota Jakarta. Bagaimana tidak, ketika melihat tayangan di televisi betapa Indahnya Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Apalagi Jakarta merupakan pusat perekonomian Republik Indonesia sehingga saya diwaktu kecil selalu mengatakan kepada orang tua bahwa kelak saya ingin menginjakkan kaki di Ibu Kota. Kelihatannya memang mustahil sebab saya hanyalah anak desa yang jika dilihat tak bisa ke Jakarta jika menggunakan dana pribadi. Selain tujuan ke Jakarta yang tidak ada juga di sana tidak ada yang bisa saya kunjungi.


Saat pengumuman pun saya tidak serta merta mendapat jalan mulus untuk berangkat ke Jakarta sebab orang tua agak kurang merespon dan pihak sekolah juga hanya menyerahkan keputusan kepada saya. Pastinya sedih, sebab membawa nama sekolah namun dukungan yang kurang memadai sehingga membuat saya sempat berputus asa. Lagi-lagi karena persoalan mimpi yang harus saya wujudkan sekaligus pembuktian bahwa saya yang tadinya sendiri lulus di SMAN 2 Sinjai dari SMPN 2 Sinjai Timur menjadi tak sepi. Setelah mendapat arahan dari beberapa guru dan keluarga akhirnya saya memutuskan untuk tetap ke Jakarta waktu itu. Sebenarnya yang lolos dari Sulawesi Selatan itu ada empat saya yang berasal dari Kabupaten Sinjai, 2 orang dari Kabupaten Gowa dan 1 orang dari Kabupaten Takalar. Akan tetapi mereka berangkat duluan dan untuk pertama kalinya saya juga naik pesawat waktu itu,  


 25 Oktober 2015 merupakan waktu keberangkatan peserta dari seluruh Indonesai. Dasar anak kampung ya tetap anak kampung pertama kalinya naik pesawat sehingga tidak tahu akan kemana setelah di Bandara. Tapi karena mimpi dan tekad yang kuat akhirnya memberanikan diri yang saat itu saya masih usia 17 Tahun menginjakkan kaki ke Ibu kota. Untungnya saat di bandara saya ketemu dengan delegasi dari Sulawesi Barat dan kebetulan satu pesawat sehingga mempermudah dalam keberangkatan saya. Ini semua merupakan skenario Tuhan mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di Negeri ini. waktu penerbangan telah tiba saya pun bergegas naik ke pesawat, saat itulah saya kembali mengingat atas mimpi mimpi yang ingin saya wujudkan. Keingingan untuk naik pesawat, keingingan untuk keliling Indonesia akhirnya satu persatu terwujud. Bagi orang kaya memang naik pesawat adalah hal yang biasa tapi bagi saya dan teman-teman yang tinggalnya hanya di kampung dan aktivitas sehari-hari hanya bermain layangan, main bola pun hanya di sawah  pasca musim panen, main mobil mobil yang kami miliki pun hanyalah bekas pembukus rokok dan sandal bekas yang kami jadikan sebagai bannya. Sangat berbeda dengan orang-orang kaya yang menginginkan sesuatu langsung membelinya. Tapi dari situ semua saya bersyukur bahwa anak kampung tumbuh menjadi manusia-manusia dengan segala kreativitas untuk memiliki mainan-mainan yang dibuat sendiri. Anak kampung diajarkan mandiri dan berusaha semaksimal mungkin. Perjalan yang kurang lebih 2 jam itu mengajarkan saya bahwa mimpi memang perlu diraih dengan usaha dan kerja keras.
Sesampai di Jakarta saya pun langsung disambut sama panitia sembari menunggu delegsi dari provinsi lain. Jakarta dengan segala kemegahannya, gedung-gedung pencakar langit yang tak pernah saya lihat sebelumya. Kota Metropolitan tempat di mana kebijakan bangsa ditetapkan, tempat para menteri, Presiden dan orang orang hebat seantero negeri ini. saya berfikir betapa beruntungnya mereka yang tinggal di Jakarta setiap saat bisa berkunjung ke Monas, Bundaran HI, Ancol dan tempat tempat wisata yang ada di Jakarta. Saya hanya bisa berdoa bahwa kelak akan bisa memiliki rumah dan tinggal di Ibu Kota Jakarta. Walaupun kelihatannya agak sulit tapi saya masih tetap yakin karena pada dasarnya orang-orang hebat Negeri ini tak langsung menggapai semua dengan instan. Saya melihat bagaimana perjuangan orang-orang besar sampai ke Jakarta sebut saja Jusuf Kalla, Bj. Habibie, bahkan Presiden Jokowi awalnya dari nol. Dari situlah saya percaya bahwa sebenarnya ini hanya persoalan waktu dan kemauan untuk mewujudkan mimpi itu. Tidak ada batasan anak kampung untuk bermimpi seperti apa sebab mimpi adalah milik semua anak bangsa. Yang perlu dilakukan adalah berusaha dan berdoa sebab setelah berusaha biarkanlah doa yang terpanjatkan bertarung dilangit. Toh, pada dasarnya semua berasal dari mimpi.
Dari bandara sayapun langsung ke Kota Bogor bersama rombongan menggunakan BUS. Dalam perjalanan saya melihat beberapa gedung kementerian dan dari situ kembali saya tanamkan dalam diri bahwa kelak saya harus menginjakkan kaki di Kementerian sebeb memang saya bercita-cita untuk menjadi Menteri Pendidikan. Alasannya sederhana, karena saya ingin mendedikasikan diri pada dunia pendidikan, membuat kebijakan pendidikan yang bisa memperbaiki karakter dan mengasah kreativitas anak bangsa. Di Kota Bogor yang pernah saya lihat di televisi bahwa kota hujan ternyata benar sebab kota ini begitu dingin dan indah. Agenda saya di sana mengikuti pelatihan selama 3 hari yaitu 25-27 Oktober 2015 tepatnya di Wisma DPR RI. Saya dan teman teman yang lainnya diajar bagaimana tata cara kerja DPR, tugas dan fungsinya sebagai bekal untuk melakukan persidangan di Gedung Nusantara DPR RI Jakarta pada 28 Oktober 2015 bertepatan dengan hari sumpah pemuda.


Selain menerima materi, saya dan teman teman yang lainnya diajarkan juga menerima aspirasi masyarakat secara langsung (reses) sehingga berkunjung ke beberapa tempat pertanian milik warga yang ada di Bogor karena UU yang kami bahas memang berkaitan dengan pertanian kala itu. Selama materi dan kegiatan berlangsung saya banyak belajar dan bertemu dengan teman teman hebat dari seluruh Indonesia, gagasan dan ide-ide mereka sangat baik belum lagi saat terjadi hujan interupsi dari teman teman peserta sebab antusias belajar yang tinggi.


Setelah proses karantina dan pelatihan berlangsung tibalah saya dan rombongan berkunjung ke DPR RI di Jakarta dengan dikawal ketat pihak kepolisian ibarat pejabat Negara yang melakukan kegiatan. Saat itu saya berkeliling ke DPR RI mengunjungi ruang rapat paripurna, ruang rapat komisi perpustakaan dan museum DPR RI. Penyambutan dilakukan langsung oleh ketua DPR RI Bapak Setya Novanto kala itu, ternyata kegiatan ini diliput berbagai televisi nasional sehingga membuat saya pun berhasil masuk TV kala itu. Suatu kebanggan bisa menjadi bagian dari kegiatan ini dan membuktikan pada semua orang bahwa cita-cita dan impian akan dicapai sejauh mana kita berusaha mewujudkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun