Di kamar sore itu, Setelah selesai ku tulis bait-bait puisi sambil bersiul kubernyanyi kecil "Senja datang sambut sang bulan, iringi langkahku..." belum selesai lagu yang kunyanyikan, hp ku berbunyi. Ada pesan di WAG dari temanku, tolong kirim pesanan Oma yaa.., Alamatnya sudah ku kirim. Sejak aku lulus sekolah hingga kuliah semester kedua aku membantu mengantar pesanan langganan dari bisnis temanku.Â
Di sela-sela liburan kuliah ada aktivitas buat tambah uang jajan. Alhamdulillah, lumayan. Pikirku saat itu. Terlebih saat pandemi, perekonomian hampir semua kena imbasnya. Jiwa kreatifku muncul, memanfaatkan waktu untuk menghasilkan uang. Bukan hanya jadi pengantar pesanan ke langganan, aku juga menjadi reseller makanan Korea. Syukurlah, bisa nambah-nambah isi tabungan.
Sore itu segera ku antar pesanan. Kali ini agak jauh alamat yang dituju. Bukan Cuma beda Kelurahan yang biasa aku antar, namun sudah beda Kecamatan. Ku pacu sepeda motorku melewati jalan alternatif agar pesanan sampai lebih cepat. Jalanan sore itu cukup ramai dilalui kendaraan, maklum Sabtu sore. Alamatnya jelas terlihat di secarik kertas yang ku pegang. Komplek di bilangan Sukatani Depok. Motor yang ku kendarai termasuk motor tua tapi masih oke. Motor hadiah waktu aku mendapat peringkat pertama di Sekolah.
Ku memasuki Kompleks yang ku tuju , ku cari-cari alamatnya. Jalan yang ku lalui sepi, tidak ada satu pun orang yang bisa kutanyai. Tepat di pertigaan kompleks ku melihat beberapa orang sedang berkumpul di dekat taman. Oh, ini kompleks yang satunya lagi mas. Mas keluar kompleks ini, nanti lurus saja sebelum belokan pertama posisinya sebelah kanan. Salah satu Bapak menjelaskan ketika kutanya. Segera motor ku balik arah sesuai arahannya sambil tak lupa mengucapkan terima kasih ke Bapak tadi.
"Angga...kamu Angga kan?" wanita muda anggun berbalut jilbabnya yang lebar menyapaku di depan gerbang rumah alamat pesanan yang aku antar. Aku terkesiap sambil mengernyitkan dahi menerka-nerka siapa wanita ini. Beberapa saat aku terpana dengan sorot matanya, seperti aku kenal wanita ini, bisikku dalam hati. Aha, Aku ingat dia Deasy Riyani, teman SMA yang pernah aku taksir. MasyaAllah, tampak kian cantik dan sopan. "Hey.... " Teriak Riyani mengagetkanku, "Kok bengong sih??"
"Hayo ... kamu naksir dengan penampilan Aku ya??" tanya Riyani dengan PD nya
Ditanya seperti itu, Aku jadi salah tingkah. Mukaku merah menahan malu. Kemudian Riyani menanyakan kabar dan sepertinya tak memperhatikan wajah ku yang panas dingin. Aku memang tipe orang pemalu, apa lagi di hadapan cewek yang aku taksir. Meski sudah lama aku menaksirnya namun tak berani mengungkapkan isi hati.
" Eh... he he... o iya, maaf aku mau melanjutkan antar pesanan lagi ya, hari ini banyak pesanan yang mesti aku antar" kata ku beralasan. Padahal sebenarnya aku grogi berbincang-bincang dengan cewek secantik dia.
Di perjalanan, pikiranku terus terbayang kecantikan dan keanggunan Deasy Riyani. Kian cantik dan memesona.
Senja terlihat indah di sana, se indah rasa ini hingga merasuk ke jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H