Pagi menjelang siang tepatnya pukul 11 seorang anak berlari-lari menuju rumahnya, anak kecil yang lucu berusia enam tahun sepulang dari Taman Kanak-Kanak mengetuk pintu keras. "Ayah.. Ayah.. Â Assalamualaikum.. Â Ayah..!!" Â Diketuknya kembali pintunya sambil mengintip dari jendela depan teras rumah, anak polos berjilbab pink itu celingukan ke sana ke mari. Dia lah Syifa, gadis kecil yang ceriwis, bawel dan ngangenin. Wajahnya yang imut gemesin segera memeluk lelaki di hadapannya saat pintunya terbuka.
 "Waalaikumussalam cantik " lelaki itu membalas pelukan Syifa " Ada apa sayang?"Syifa melepaskan pelukannya seraya berkata " Ayah.. sebentar lagi Syifa kan ulang tahun, Ayah ingat gak?" sambil menatap lelaki di hadapannya. Ayah Syifa tersenyum " Tentu ingat dong sayang, 25 Mei kan? Syifa mengangguk pelan. " Ayah ... , Hari ini Salma ulang tahun Yah... Salma bagi-bagi makanan dan minuman buat teman-teman di kelas. Syifa ingin ketika ulang tahun berbagi juga Yah.. Boleh ya Yah?? Syifa bertanya sambil merengek. Tangannya yang mungil menarik- narik lengan Ayahnya.
Ayah Syifa menatap wajah anaknya, tatapannya iba pada anak keduanya itu. Berkaca-kaca matanya kemudian menunduk. Sudah hampir dua bulan Ayah Syifa menganggur akibat di PHK dari perusahaan tempat ia bekerja. Sejenak ia menarik nafasnya seraya berkata dengan nada berat,"Iya., Sayang  Insya Allah_ ayah izinkan, tapi Syifa harus rajin belajar, rajin mengaji, dan salatnya tidak boleh dilupakan, serta harus rajin membantu Mamah dan Ayah." Syifa mengangguk " Iya Ayah, Syifa berjanji" sambil berlari senang menuju kamar tidurnya.
Di kamar ukuran 2 x 3 itu, Ayah Syifa berbaring sambil berpikir keras. Sesekali ia berdiri, kemudian duduk kembali lalu mundar mandir . Dahinya berkerut, kembali ia berbaring dan menatap kosong langit-langit kamar. Sekiranya aku masih bekerja, mungkin tak serumit ini. Pikirnya dalam hati.Dua bulan berlalu selepas di PHK , Ayah Syifa sudah mencoba melamar pekerjaan. Hasilnya masih nihil. Mau usaha pun modal tak punya. Mamanya Syifa mengetuk kamar sambil mengucap salam lalu masuk ke kamar, Ayah Syifa masih berbaring. "Kamu sudah makan?" tanya Mama Syifa sambil duduk di dekat Ayah Syifa. "Aku lagi gak nafsu Mah..." Mama Syifa mengerti, pasti ada yang di pikirkan. Â Tidak bukan pasti memikirkan anaknya Syifa, Ayahnya teramat sayang padanya. " Yah... sudah jangan terlalu di pikirkan, Nanti juga ada jalan keluarnya. Sekarang kamu makan dulu sana, nanti kamu sakit" di raihnya tangan seraya mengajaknya ke ruang makan.
Esoknya, terlihat Syifa sedang berbincang-bincang dengan Mamahnya. " Syifa sayang... ingat kan janji Ayah??"Â " Iya Mah.. Syifa tahu, Syifa akan berjanji menuruti kata Ayah.."Â " Baiklah, Mama mau ke Pasar sebentar ya , Jangan ke mana-mana"Â " Baik Mah..hati-hati ya Mah"
Siang terik terasa, Mamahnya Syifa kembali dari pasar. Syifa sudah menunggu dari tadi. "Assalamualaikum Syifa" salam Mamahnya."Waalaikumussalam Mamah..." jawab SyifaDi cium tangan mamahnya dengan takzim, namun Syifa menarik wajahnya melihat jari di tangan mamahnya seraya bertanya " Mamah  cincin Mamah mana??Mamahnya tak menjawab lalu memeluk Syifa dengan erat. "Sayang, tak usah kamu tanya cincin Mamah ya.. nanti Mamah bisa beli lagi kok"Â
Jari manis Mamahnya masih di pegangi Syifa, seraya berkata " Mamah.. terima kasih ya, Syifa jadi merepotkan Mamah" sambil di peluk Mamah yang di sayanginya. " Iya sayang, ya sudah yuk kita siapkan bersama-sama acara buat besok" ajak Mamahnya " yuk Mah..." jawab Syifa dengan semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H