Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hujan Kerinduan

23 September 2022   19:45 Diperbarui: 23 September 2022   20:14 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sore gelap terasa..
Ku duduk memandangi hilir mudiknya
Kesibukan...
Ditemani secangkir kopi kehidupan..
Pahit tak lagi kurasakan...

Rinai hujan mulai turun
Membasahi daun kering bebatuan..
Mukaku terhempas percikan hujan
Bercampur air mata samar tak kelihatan

Tubuh kuyup menggigil...
Kulit kian meriput
Bibir kelu tanpa suara
Menyisakan tangis duka...

Suara petir tak kuhiraukan
Hanya ku anggap  suara jangkrik malam
Terpaku dalam diam
Berdiri menantang alam...

Hujan tak jua usai..
Kian deras menghujam
Banjir meluap laksana lautan
Mimpi terbawa menghanyutkan

Dingin membalut malam
Reda hujan membiaskan
Suara hewan malam bersahutan
Memecahkan kesunyian...

Baca juga: Puisi: Kehadiranmu

Lalu lalang kehidupan tak jua berhenti
Denyut nadi kian kencang
Hati berselimut kerinduan
Entah sampai kapan..

Depok, 23 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun