Tercengang? Ketika mendengar kasus MBA (Married By Accident) , tidak bagi kaum urban.
Tentu istilah Married By Accident telah menjadi istilah yang populer diantara anak-anak muda atau kaum urban zaman sekarang. Suatu hal yang sudah tidak tabu lagi dilingkungan masyarakat perkotaan mengenai hamil diluar nikah, bahkan beberapa kaum muda berpikir akan terkesan aneh jika pernikahan dilakukan karena memang kesiapan untuk menikah di era sekarang ini, mungkin karena kebanyakan remaja diperkotaan menikah karena kecelakaan terlebih dahulu.
Tidak dipungkiri, masyarakat kita juga sudah familiar dengan istilah dan hal tersebut, ironis memang..
Entah bagaimana dan darimana budaya seks bebas ini masuk, menjelajahi, dan menjadikan pola pikir anak muda jaman sekarang . Mungkin ini adalah budaya barat yang masuk ke otak anak muda jaman sekarang melalui film dan gambar porno yang dapat dengan mudah diakses melalui internet seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat mudah diperoleh. Media dan teknologi informasi akhirnya menjadi bulan-bulanan masyarakat urban.
Rasa ingin tahu dari diri remaja tentang bagaimana rasanya melakukan seks dan diikuti dengan dorongan gejolak remaja yang menggebu-gebu menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam masalah ini, selain itu faktor lingkungan pertemanan juga merupakan faktor utama dalam proses membudayanya Married By Accident tersebut.
Kenapa Problematika?
Pada saat mencuat kasus MBA (Married By Accident) yang akan didapat terlebih dahulu oleh pelaku MBA pasti ejekan, cemoohan, makian, atau hal-hal lain yang bersikap tidak recpect terhadap pelaku MBA. Sebagian besar dari pelaku MBA hkususnya dari pihak wanitanya adalah kaum remaja yang masih duduk dibangku pendidikan, entah itu sekolah atau kuliah. Bagi mereka yang masih sekolah tentu masalah yang timbul akibat hamil diluar nikah akan lebih berat, hanya karena mereka hamil mereka harus berhenti sekolah. Disamping karena mereka merasa malu juga karena peraturan sekolah yang mengharuskan murid wanitanya bebas dari permasalahan yang dapat menimbulkan citra buruk bagi sekolah.
Sebenarnya perhatian untuk kasus MBA dilingkungan kita masih salah, seharusnya pelaku MBA yang mayoritas masih remaja dan belum mengetahui tentang segala hal yang berhubungan dengan bayi dan rumah tangga harus diberi pengarahan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tetapi kebanyakan orang tua dan masyarakat salah menyikapi dengan malah menekan pelaku MBA.
Dibawah tekanan yang bertubi-tubi dari orang tua dan masyarakat, seseorang bisa kalap dan melakukan hal yang salah. Dari mulai aborsi, baik yang sukarela maupun paksa sampai pembunuhan. Pembunuhan bisa saja terjadi apabila seseorang pelaku MBA dari pihak pria merasa terdesak karena takut akan orang tuanya dan anggapan masyarakat, lalu dia membunuh pacarnya dan menyembunyikan mayatnya.
Jika melakukan aborsi paksa, si wanita muda juga yang akhirnya menjadi korban yang mengakibatkan kematian atau cacatnya organ reproduksinya.
Jadi, pendidikan seks sejak usia dini memang sangat perlu diterapkan. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan seks kepada anak dibawah umur itu dianggap tabu, tetapi melihat realita yang ada sex education memang sangat perlu untuk diterapkan kepada anak-anak sejak usia dini. Pendidikan seks yang diterapkan kepada anak sejak usia dini ini seharusnya lebih menekankan kepada bahaya atau resiko yang akan diterima jika kita melakukan seks diluar nikah.
Budaya seks bebas dan problematika yang dihadapi itu sangat erat hubungannya, jadi remaja harus sudah mengetahui dengan matang sebab akibat yang akan ditimbulkan karena tindakannya yang ceroboh dan tanpa perhitungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H