Desa tidak begitu saja dapat menjadi desa tanpa adanya tahapan-tahapan perkembangan desa tersebut. Dari awal sejak masih lahan kosong, hingga ditempati beberapa orang, yang kemudian menjadi masyarakat dan akhirnya menjadi desa, itu membutuhkan beberapa tahapan dan waktu yang cukup lama. Ada beberapa tahapan yang dapat menjadikan suatu pemukiman yang primitif menjadi post-modern.Â
A. Tahap Primitif
ketika masyarakat (sekelompok orang) masih primitif dan masih bertempat tinggal berpindah pindah, mereka mencari makan dengan cara berburu dan meramu. Hanya memburu hewan-hewan dan mengambil makanan dari tumbuhan dari yang dilewatinya, membuat mereka harus berpindah pindah dari goa ke goa untuk mencari persediaan makan yang baru. Ditahap primitif ini untuk mencari seorang kutua atau pemimpin mereka adalah denagn mencari siapa yang terkuat, karena hanya yang terkuatlah yang dapat mempertahankan diri dan mendapatkan hasil buruan yang banyak.
B. Tahap Tradisional
Tahap tradisional, yaitu dimana mereka sudah tidak berpindah pindah lagi antar goa-goa dan lebih memilih untuk menetap disatu tempat. Di tahap ini mereka sudah menemukan cara bagaimana untuk dapat beternak dan bercocok tanam sehingga untuk kebutuhan pangannya mereka dapat mengolahnya sendiri. Membuka lahan untuk dijadikannya sebagai kebun dan tempat hewan mulai dilakukannnya, dan siapa yang memiliki wilayah paling luas dialah yang akan menjadi pemimpin dari kelompok tersebut.
C. Tahap Aristokrasi
Tahap Aristokrasi atau Kerajaan mulai terjadi ketika masyarakat mulai mempercayai aspek spiritual. Ditahap ini orang-orang mulai mempercayai adanya kekuatan-kekuatan magis yang tak kasat mata dan juga mempercayai adanya Ruh yang menciptakan dan mengawasi mereka. Kemudian mulailah muncul istilah kesaktiaan yaitu orang-orang yang memiliki ilmu sakti atau terkadang juga ada istilah  sebagai Tangan Tuhan atau Utusan Ruh yang diyakini memiliki kukatan tertentu.Â
Semakin sakti seseorang maka semakin dipercaya masyarakat untuk menjadi pemimpin untuk melindungi mereka, dan dalam tahap ini pemimpin lebih dikenal sebagai Raja. Berbeda dari tahap sebelumnya di tahap Aristokrasi ini sudah memiliki struktur masyarakat, dan Raja memiliki beberapa orang lain untuk membantunya mengurus kerajaan.
D. Tahap Modern
Di tahap ini terjadi ketika jaman kerajaan sudah banyak yang runtuh karena beberapa faktor seperti penggulingan oleh rakyatnya sendiri akibat sifat raja yang sewenang wenenang, perang saudara, hingga adanya penjajahan. Namun struktur desa sudah terbentuk jelas dan tidak mudah untuk terpecah. Dan dari sisi lain mulai diadakannya revolusi industri yang menyebabkan adanya perubahan struktur di masyarakat. Di tahap industri/modernisasi ini sangat dipengaruhi oleh kemunculan mesin-mesin yang dapat menciptakan suatu barang lebih cepat dan lebih efisien.Â
Perubahan struktur dimasyarakat di tahap ini cukup terlihat jelas, yaitu hilangnya atau terkikisnya kekuasaan pemimpin seperti raja yang digantikan oleh orang atau kelompok yang memiliki modal dan memiliki mesin yang digunakan untuk memproduksi barang. Dan seseorang atau kelompok yang memiliki modal, memiliki kedudukan yang tinggi, dan orang yang tidak memiliki modal akan menjadi buruh bagi pemodal dan memiliki kedudukan yang rendah. Disini banyak bermunculan tokoh tokoh penguasa baru dan sangat terlihat bahwa adanya kesenjangan antara pemodal dan buruh tersebut.
E. Tahap Post-Modernisme
Post-Modernisme adalah dimana masyarakat sudah lebih baik dalam berfikir tentang suatu kelompok dan memiliki unsur-unsur tata kelola pemerintahan yang baik. Tahap ini merupakan koreksi atau perbaikan dari tahap industri/modernisme, yang dimana tidak adanya kejelasan kekuasaan dari seorang pemimpin dan tingginya tingkat  kesenjangan pada saat itu. Pada tahap Post-Modernisme ini ingin menciptakan struktur sosial yang baik, maka dari itu pada pemilihan pemimpin disini lebih menggunakan sistem demokrasi dengan cara pemilihan suara yang dimaksudkan agar terciptanya kesejahteraan sosial yang merata.
Dari kelima tahap tersebut, tidak semua pemukiman atau desa mencapai tahap Post-Modernisme ataupun Modernisme meskipun dijaman sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adat atau tradisi yang ketat, lingkungannya yang jauh dari peradaban, tidak adanya mobilisasi penduduk atau hal lainnya yang dapat membuat sebuah pemukiman menjadi statis.Â
Maka akan salah jika kita berfikir bahwa semua desa itu sudah berkembang dan sudah Post-Modern, dan hal ini juga sangat penting untuk kita meneliti sebuah desa. Dimana kita tidak bisa mengatakan desa itu kesejahteraannya kurang jika belum mencapai modern atau post-modernisme dibanding yang sudah mencapai tahap modern atau post-modernisme, hal tersebut tidak selamanya benar karena indikator dan indeks kebahagiaan dan kesejahteraan itu berbeda-beda. Sehingga kita tidak bisa begitu saja memaksa suatu desa harus mengikuti perkembangan jaman seperti desa-desa yang lainnya.Â
Mohammad Rizky Mahmudi