Mohon tunggu...
Mahmudatuz Zuhriyah
Mahmudatuz Zuhriyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Belajar, belajar, ikhtiyar, berdo'a, lalu bertawakkal kepada Allah :-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Wilda, Anak yang Cerdas dan Penurut

5 Mei 2015   00:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah….

Sejak kecil Wilda memang dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang lumayan berkecukupan. Ia di didik dengan penuh kasih sayang dan penuh perhatian, khususnya perhatian yang diberikan ibunya. Karena ia memang anak pertama yang dilahirkan setelah berkali-kali ibunya mengalami keguguran. Jadi, pastinya ibu Wilda sangat menyayanginya. Di usianya yang memasuki tahun ke-4, ia semakin cerdas dan cepat tanggap terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Memang Ibu Wilda juga telaten dalam mendidik dan mengajarinya akan sesuatu hal sejak Wilda masih kecil, misalnya menyanyi, berdo’a, menghafalkan huruf-huruf hijaiyyah, abjad latin, angka-angka, dan lain-lain. Terbukti sejak usia sekitar 1 tahun(ketika ia baru bisa berbicara), Wilda sudah bisa menyanyikan lagu anak-anak, hafal do’a mau makan, do’a kepada orang tua, huruf hijaiyyah, abjad latin, dan angka-angka 1-10. Meski apa yang ia ucapkan belum jelas karena belum bisa menempatkan suara-suara huruf sesuai makhrajnya. Akhirnya kepribadian yang terbentuk dan Nampak pada dirinya saat ini pun adalah anak yang cerdas dan penuh semangat.

Memasuki pada usia 4 tahun ini, Ibu Wilda melahirkan seorang bayi perempuan. Artinya si Wilda punya seorang adik. Ketika ia diberi kabar bahwa ia punya adik, wah senangya bukan main. Dia merasa bahagia sekali, karena adik yang diharapkannya itu telah terlahir ke dunia. Ia pun mengabarkan kepada semua orang bahwa ia punya adik perempuan. Teman-temannya pun diajak ke rumahnya untuk menengok adiknya yang baru lahir itu. Inilah yang membuat orang-orang semakin menanggapi tentang apa yang dikatakan si Wilda. Karena ia semakin membuat orang di lingkungan sekitarnya itu tertawa apabila ia mengatakan sesuatu. Gaya bicaranya yang seperti orang tua (bahasa Jawa: metuek) itu loh yang membuat orang-orang semakin gemes padanya. Ia pun juga pandai bercerita tentang apa yang telah ia alami.

Suatu ketika si Wilda disuruh ibunya menjaga adiknya di kamar bersama neneknya yang sudah tua, karena ibunya pergi ke kamar mandi. Nah, tiba-tiba adiknya menangis dan memuntahkan cairan putih semacam air susu dari mulutnya (bahasa Jawa: gumoh). Lalu ibunya datang dan memarah-marahinya. Mengira bahwa yang menyebabkan adiknya muntah adalah si Wilda, karena memasukkan sesuatu ke mulut adiknya. Namun, si Wilda hanya diam saja dan menundukkan kepada. Ia mendengarkan apa yang dikatakan ibunya. Setelah itu ia disuruh ibunya pergi keluar kamar untuk bermain-main di ruang depan. Selang beberapa menit, si nenek menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa adiknya Wilda tiba-tiba muntah dan Wilda tidaklah bersalah. Akhirnya Ibu Wilda sangat menyesal sekali karena telah memarahi Wilda. Lalu, ia bermaksud untuk segera meminta maaf kepada Wilda karena telah membuatnya merasa sedih. Karena selama ini, Wilda belum pernah dimarahi oleh Ibunya sekasar itu.

Beberapa jam kemudian, ketika suasana sudah nyaman dan kembali seperti sedia kala, Ibunya Wilda mulai bersenda gurau dan bercakap-cakap dengannya seperti biasanya. Si Ibu mulai mengatakan akan kejadian yang terjadi pada adiknya tadi. Nah, ketika itu Wilda juga mulai angkat bicara dan mengatakan bahwa sebenarnya tidak bersalah. Ia berkata bahwa sebenarnya tadi ia hendak menjelaskan semua itu kepada ibunya, namun ibunya memarahinya terlebih dahulu tanpa menanyakan sebab dan alasan kenapa adiknya sampai muntah. Lalu akhirnya, si Wilda lebih memilih untuk mengalah/tidak melawan dan mendengarkan akan apa yang dikatakan ibunya. Akhirnya, Ibunya Wilda meminta maaf kepadanya dan berkata lain kali tidak akan mengulanginya lagi sambil memeluk dan mencium Wilda.

Kesimpulan dan Ibrah:

Dari cerita dia atas bisa diambil kesimpulan bahwa Si Wilda memahami akan ekspresi wajah ibunya ketika melihat adiknya sedang muntah, ia langsung memarahinya karena menganggap bahwa Wilda yang bersalah, yang menyebabkan adiknya menjadi muntah. Akhirnya ia berinisiatif untuk lebih memilih untuk mengalah dan tidak melawan ibunya, artinya ia mendengarkan apa yang diucapkan ibunya. Nah, ketika itu Wilda jadi merasa bersalah meski sebanarnya ia tidak bersalah. Karena ibunya telah memarahinya dan menyuruhnya pergi dari kamar untuk bermain di ruangan depan. Ia juga merasa kasian kepada adiknya.

Hikmah yang bisa diambil dari cerita di atas adalah bahwa seharusnya saat kita melihat kejadian/peristiwa yang terjadi itu hendaknya janganlah tiba-tiba langsung menyalahkan orang lain sebagai penyebabnya, tapi tanyakanlah dulu apa sebabnya hal itu bisa terjadi. Agar kita tidak salah faham.

^_^

~((MahZu))~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun