Mohon tunggu...
Shabhi Mahmashani
Shabhi Mahmashani Mohon Tunggu... -

tidak ada yang bisa diceritakan lebih jauh tentang diri yang sedang ingin menggapai sebuah asa. merenda cerita kehidupan yang lebih baik nan indah.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Present Day and The Present of Today

19 Juni 2011   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa mau bermaksud jorok, saya ingin mengatakan bahwa saya punya suatu kebiasaan ketika di kamar mandi, yaitu dapat berpikir tentang sesuatu yang tidak dapat saya pikirkan ketika tidak di dalam kamar mandi. Saya sering menyebut fenomena demikian dengan “The Power of Water Closet”.Saya juga kurang tau kapan tepatnya saya punya kebiasaan yang demikian. Tapi kali ini, bukan itu yang ingin saya bicarakan disini. Saya akan membicarakan tentang hasil dari The Power Of Water Closet itu.

Minggu pagi [yang kata orang sudah siang] ini yang mengalaminya kembali ketika di kamar mandi. Terlintas dalam benak saya dengan apa yang dikatakan oleh Oogway, salah satu tokoh dalam sebuah film animasi, yang juga mengutip seorang sejarawan Amerika, Alice Morse Earle, [semoga saja saya tidak salah] yang kira-kira begini bunyinya “yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called the present”. Namunsetelahsedikit bertanya kepada Ciptaan Tuhan yang paling tau di abad ini (mbah google) saya menemukan kalimat lengkapnya yang berbunyi “The clock is running. Make the most of today. Time waits for no man. Yesterday is history. Tomorrow is a mystery. Today is a gift. That's why it is called the present."

Bagi saya terlepas dari siapa yang mengatakan itu, tapi yang dikatakan oleh Oogway dalam dialognya dengan Po ketika dia akan berhenti berjuang dan kembali menjadi pembuat mi merupakan merupakan sebuah filosofi hidup yang cukup mendalam. Memang tidak sedikit dari kita [termasuk saya; curcol mode: on] terkadang kita hanya fokus kepada masa lalu dan selalu terbebani dengan masa depan yang masih menjadi tanda Tanya.

Aidh al Qarni, penulis buku La Tahzan pernah mengatakan bahwa masa lalu memang tidak dapat dihapuskan dalam memori kita dan akan selalu melekat dengan kehidupan kita. Namun menurutnya masa lalu adalah sebuah cerita yang bisa menjadi “kaca spion” bagi kita dalam menjalani jalan kehidupan. Pada dasarnya, prinsipnya sama dalam kendaraan, “kaca spion” sebagai sarana agar terhindar dari sebuah kecelakaan, bukan hanya sebagai aksesoris semata. Tidak mudah memang, menjadikan masa lalu sebagai “kaca spion” dalam berkendara di jalan kehidupan. tapi bagi saya itu lebih baik dari pada meratapinya dan menjadi hal yang sifatnya destructive, karena toh juga masih ada hari ini.

Karena jarum jam senantiasa berdetak dan tidak akan kembali lagi ke masa lalu, maka cara paling ampuh untuk memperbaiki kesalahan masa lalu adalah dengan cara berbuat terbaik di hari ini.Dengan pernah berbuat kesalahan di masa lalu,memang menjadikan beberapa hal dari diri kita tidak dapat kita banggakan di hari ini, tapi bukan berarti kita juga tidak dapat menjadikannya sebagai pelajaran. At least, kita tidak menjadikan kesalahan di masa lalu itu menjadi sia-sia.

Beranjak kepada hal lain, the future, saya berpikir bahwa kenapa kemudian masa depan itu menjadi rahasia Tuhan dan menjadikannya sebuah misteri. Kenapa Tuhan tidak memberikan bocoran sedikit saja, setidaknya agar kita punya clue terkait apa yang akan terjadi pada kita di kemudian hari. Kemudian saya berpikir lagi [tentunya dengan kemampuan berpikir saya yang amat terbatas] kira-kira kalau kita tahu tentang masa depan kita apakah kita akan bekerja keras sampai berpeluh darah? [lebay dikit]. Saya pikir jawabannya tidak.

Mungkin [dalam bayangan saya] ketika kita sudah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari atau lebih jauh lagi di masa depan, kita akan ber-enak-ria tanpa berusaha keras. Kita tidak akan pernah bergerak untuk meraih apa yang menjadi masa depan itu, toh itu juga sudah diketahui dan ditetapkan Tuhan. Contoh kecil mugkin bisa di lihat dalam diri saudara-saudara kita yang memang dari awal sudah dilahirkan menjadi don juan, [tanpa bermaksud mendiskreditkan] sebagian besar mereka akan hidup ber-enak-ria, toh pada akhirnya mereka juga akan tetap menjadi don juan. Bahkan tidak jarang dari mereka merasa tidak lagi memiliki ambisi hidup, dan tidak memiliki alasan untuk “bergerak” dan bekerja keras. Padahal, meminjam istilah teman-teman “aktifis pergerakan”, bahwa bergerak adalah sebuah tanda dari kehidupan. selama ada pergerakan dalam tubuh, maka hal itu merupakan tanada akan adanya sebuah kehidupan.

Dan jika memang benar bahwa dengan mengetahui masa depan akan menjadikan kita tertidur dan tidak berusaha hingga peluh darah penghabisan, mungkin benar adanya kutipan di atas yang menyebutkan bahwa hari ini adalah sebuah present. Karena dengan hari ini kita dapat menjadikan masa lalu sebagai sebuah pelajaran, dan dengan hari ini pula kita bisa bekerja keras menentukan masa depan kita.

So, mari kita jalani hari ini (to day) dengan senantiasa bersyukur kepada Tuhan yang Maha Memberi Kehidupan dengan menjadikan hari ini (to day) sebagai sarana memperbaiki kesalahan masa lalu dan sarana meraih kehidupan di masa depan yang lebih baik.

Selamat hari ini…. !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun