"Ia akan kembali di pramusim dan bersama klub lagi. Harapan kami adalah ia dapat terlibat dalam beberapa pertandingan, mengembalikan performa dan perkembangannya. Merupakan sebuah keputusan sulit dijelaskan mengapa (Saliba) harus dipinjamkan lagi setelah pemberitaan terdahulu tentangnya.
Tak cukup untuk mendapatkan kondisi fisik optimal hanya dengan 3-4 laga. Semoga kami menemukan klub yang tepat (untuk Saliba), yang dapat memberikannya kesempatan bermain sebelum kembali musim depan."
 - Mikel Arteta, bos Arsenal soal kepergian William Saliba ke Nice
 Bek tengah muda Prancis asal klub Saint Etienne diboyong ke Negeri Ratu Elizabeth dengan sanjung puja-puji. Di usia 18, ia sempat jadi rebutan Atletico Madrid, Manchester United dan Tottenham sebelum secara resmi menjalin kesepakatan bersama Meriam London di Juli 2019. Tahun itu kiranya Saliba lebih diperhitungkan ketimbang partnernya, Wesley Fofana yang kini memperkuat Leicester City.
 Dua tahun berlalu dan Saliba masih menyandung label prospek potensial "saja". Kiranya ia belum jua berhasil pikat entrenador Mikel Arteta yang lebih memilih turunkan Skhodran Mustafi ketimbang dirinya dalam beberapa kesempatan. Namanya pun tak masuk dalam daftar skuad Arsenal di ajang Europa League. Wajar bila November tahun lalu Saliba dikabarkan frustrasi dan berniat tinggalkan Emirates.
Suatu temuan ironis mengingat talenta-talenta muda lain - macam Bukayo Saka, Gabriel Martinelli dan Emile Smith Rowe - kerap jadi sandaran Arteta musim ini, imbas kurang meyakinkannya performa para pemain senior.
Ini sesungguhnya dimulai setahun lalu kala Ligue 1 memutuskan akhiri musim lebih awal dari kompetisi lain. Dalam suasana isolasi dan sayup merebaknya virus corona, Saliba mengakui jika kondisi fit tak ada pada dirinya ketika harus kembali ke Arsenal.
"Setelah Ligue 1 selesai, saya menjalani isolasi di rumah. Jarang berlari dan tak siapkan tubuh. Kala itu saya masih punya kesempatan membela Saint-Etienne di final Piala Prancis. Namun kesepakatan antar kedua klub gagal." pandang pemuda kelahiran Bondy.
Saliba urung bermain di final itu. Mungkin kembali ke London Utara dengan rasa mangkel di dada. Ditambah pelatih baru yang belum pernah bekerja sama dengannya serta kondisi fisik jauh dari prima, sempurnalah keterasingan bek muda ini. Di saat rekan-rekannya menyelasikan sisa musim sebelum berlibur, Saliba berjuang mengembalikan kebugarannya. Harap diingat pula jika ia masih di awal kepala dua, tak menutup kemungkinan simpan kecemasan khas usia sekian.
"Akhirnya kami berlatih bersama. 2-3 pertandingan persahabatan kemudian kondisi fisikku belum membaik. Tak mampu mengimbangi kecepatan permainan. Yah, berlatih sendiri tidak sepadan dengan laga resmi. Ketika kupikir pelatih akan terus memberikan kesempatan untukku menemukan ritme, ia berkata jika aku belum siap dan harus menepi. Begitulah sepakbola."