Mohon tunggu...
Mahlia Jumaidar
Mahlia Jumaidar Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Kita bukan hanya umat membaca tapi juga umat menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Allah yang Mengizinkanku Untuk Menempuh Jalan Ini

20 April 2020   07:09 Diperbarui: 20 April 2020   09:27 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Allah memang sangat baik, Allah memberiku karunia yang sangat besar, mengizinkanku untuk bertemu dengan orang-orang shalih dan berjalan beriringan bersama mereka, mengayunkan langkah bersama, menapaki dan menyusuri jalan ini bersama, bergandengan tangan dan saling merangkul, mereka tak pernah meninggalkanku walau aku masih tertatih-tatih dalam berjalan sedangkan mereka sudah mampu berlari, mereka sangat sabar mengajariku agar ke depan aku bisa berlari menjadi penerus perjuangan cita-cita mereka.  

Namun aku menyesali diriku sendiri, kenapa aku tidak memilih bersama mereka sejak dulu ? Dan kini aku terus memikirkan diriku betapa buruknya barisan itu jika ada aku sang pendosa berada didalamnya, aku takut bau busuk dosaku akan menghambat perjuangan mereka, aku khawatir orang-orang akan mencemooh mereka karena ada seorang cacat didalamnya. 

Aku tau tak ada yang tak pantas untuk mengenal Allah lebih dekat, hanya saja aku malu dengan diriku. Aku memang merasa tak pantas, namun disatu sisi aku sangat bahagia dan bersyukur karena diizinkan meniti jalan yang disebut dakwah ini bersama mereka.

 Aku sering bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku yang diikutsertakan dibarisan ini ? Aku hanyalah manusia bodoh yang mungkin tidak mampu mengemban amanah ini, aku hanya seorang pemalas dan akan memperlambat mereka karena kemalasanku. 

Mengapa bukan orang lain saja, yang akan membuat pergerakan mereka lebih cepat ? Ada banyak orang hebat disana, tapi aku yang dipilih, Allah yang membawaku ke sini.

Bahkan orang yang suka mengeluh dan berputus asa sepertiku, pendosa yang banyak dosanya, Allah tarik aku untuk meniti jalan ini bersama mereka, untuk merubah pola pikirku, untuk merubah keburukanku menjadi kebaikan, untuk mengubur dalam-dalam dosaku dan menumbuhkan amal-amal kebaikan dalam diriku. Ini anugrah terbesar dalam hidupku.

Sungguh Allah memang sangat baik, jika saja aku tidak dipertemukan dengan mereka, entahlah. Mungkin bau busuk dari dosa-dosaku akan tercium seantero dunia,  Allah telah mempercayai mereka untuk membantuku meminimalirsir bau busuk ini. Bahkan aku sudah kecipratan sedikit wewangian dari mereka. Benarlah sabda Rasulullah saw :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun