Mohon tunggu...
Sidiq Firmanto
Sidiq Firmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penulis lepas dan penerjemah ngeblog di http://nglengkong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia Versus Globalisasi

21 Agustus 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebagai bahasa yang tergolong masih muda dan mengalami beberapa kali perubahan, Bahasa Indonesia telah sampai pada sebuah titik dimana terbentur permasalahan pada penuturnya. Sebagaimana bahasa-bahasa lain, Bahasa Indonesia mengalami beberapa perubahan baik dalam bahasa tutur maupun bahasa tulis. Semakin 'maju', Bahasa Indonesia bukannya makin tepat dalam penggunaannya, malah sebaliknya sedikit demi sedikit mulai terasa hilang rasa Indonesia-nya dengan munculnya berbagai istilah baru yang terkadang terlalu dipaksakan.

Dalam hal ini media massa dan media elektronik sangat berpengaruh dalam gaya berbahasa Indonesia. Sayangnya, banyak di antara kedua industri tersebut terkesan menganggap remeh persoalan bahasa, mungkin dengan berpikir bahwa kemampuan berbahasa adalah tugas guru di sekolah. Padahal, masyarakat tidak semuanya bersekolah (tetapi hampir semua rumah terpasang pesawat televisi) dan waktu saat berada di rumah lebih lama daripada waktu berada di sekolah.

Media massa juga terkesan kurang memperhatikan masalah bahasa dengan banyaknya koran kuning yang beredar di masyarakat, meskipun koran jenis ini mempunyai sasaran pembaca yang berbeda dengan surat kabar nasional misalnya. Padahal koran jenis ini adalah koran dengan pembaca terbanyak karena isinya yang ringan dan santai.

Kemudian semakin ramai dengan munculnya berbagai situs pertemanan yang hampir setiap hari memunculkan istilah-istilah baru yang sedikit aneh. "Kepo" misalnya, yang populer di kalangan pengguna Twitter. Atau istilah-istilah unik yang identik di forum Kaskus. Harus diakui, masyarakat Indonesia pintar membuat istilah-istilah yang terdengar berbeda. Yang paling parah adalah bahasa SMS (Short Message Service), dengan mengabaikan kaidah penulisan yang benar, asal pasang huruf kapital di sana-sini, menyingkat kata seenaknya, agar lebih irit karakter, alasannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun