Meluangkan waktu bersama anak adalah kewajiban bagi orang tua. Menemani anak bermain bukan hanya sekadar aktivitas, tetapi juga bentuk kasih sayang yang nyata. Ada banyak kegiatan seru yang bisa dilakukan bersama anak, seperti bermain bola di taman, bersepeda, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar kompleks.
Namun, di tengah dunia yang dipenuhi distraksi teknologi, membuat anak lepas dari ketergantungan terhadap teknologi adalah tantangan yang tidak mudah. Orang tua harus kreatif dan inovatif untuk menciptakan aktivitas yang menarik bagi anak. Berbagai cara perlu dicoba agar anak lebih memilih bermain bersama orang tuanya dibandingkan terpaku pada layar gawai.
Sayangnya, tidak semua orang tua memiliki cukup waktu untuk melakukan ini. Kesibukan pekerjaan seringkali menjadi alasan utama. Banyak orang tua yang merasa tak pernah libur, bahkan di akhir pekan, karena terus terjebak dalam rutinitas pekerjaan. Apalagi, dengan kemajuan teknologi, pekerjaan kini tak lagi terikat waktu dan tempat, sehingga makin sulit bagi orang tua untuk benar-benar hadir bersama anak.
Selain pekerjaan, media sosial juga menjadi salah satu alasan yang menyita waktu orang tua. Sibuk membuat atau menikmati konten di media sosial sering kali menghabiskan waktu luang yang seharusnya bisa digunakan untuk bermain bersama anak.
Beberapa orang tua mencoba menyiasati hal ini. Mereka membawa anak ke tempat bermain, di mana anak-anak bisa bermain sendiri atau bersama teman sebaya. Sementara itu, orang tua hanya mengawasi sambil menyelesaikan pekerjaannya atau berselancar di dunia maya.
Apakah ini solusi yang tepat? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Jika tujuan orang tua hanya untuk "membersamai" anak secara fisik, cara ini mungkin cukup. Namun, jika kebersamaan dimaknai sebagai kedekatan yang melibatkan lahir dan batin, maka cara ini tidak ideal.
Sejatinya, kebersamaan dengan anak memiliki dua dimensi: lahir dan batin. Anak tidak hanya membutuhkan kehadiran fisik orang tua, tetapi juga perhatian dan keterlibatan emosional mereka. Kebersamaan batin berarti orang tua ikut merasakan apa yang anak rasakan dan turut terlibat dalam aktivitas mereka.
Misalnya, ketika anak bermain sepak bola. Jika orang tua hanya mengawasi dari jauh, itu hanyalah bentuk kebersamaan secara fisik. Namun, ketika orang tua ikut bermain, menggiring bola, dan berbagi momen gembira, kebahagiaan yang dirasakan anak akan jauh lebih mendalam. Hal ini menciptakan hubungan emosional yang erat antara anak dan orang tua.
Inilah jenis kebersamaan yang sebenarnya dibutuhkan anak, bukan kebersamaan semu yang hanya terlihat secara lahiriah. Kebersamaan semu hanya menciptakan hubungan yang dangkal, sementara kebersamaan yang melibatkan hati akan mempererat hubungan hingga ke tingkat yang lebih dalam.
Saya yakin sebagian besar orang tua menyadari pentingnya hal ini. Namun, jika Anda merasa masih sering terjebak dalam kebersamaan yang semu, saatnya untuk introspeksi diri. Mari kita atur kembali cara berpikir kita dalam mendampingi anak bermain.