"Semua untuk siswa..." itu prinsipnya.Â
Ketika guru berkomunikasi dengan orangtua, prinsip itu yang mesti dikedepankan. Lebih khususnya, ketika guru harus menyampaikan berita buruk. Berita buruk bisa tentang yang dilakukan siswa, atau bisa juga yang terjadi pada siswa.
Berita buruk memang seyogyanya perlu diketahui orangtua, apapun itu bentuknya. Bagi guru pastinya tidak mudah untuk menyampaikannya. Ada kekhawatiran akan terjadi kesalahpahaman. Mungkin respon negatif orangtua juga bisa saja terjadi. Namun, realita inilah yang perlu dihadapi. Dihadapi dengan sikap yang penuh tanggung jawab sebagai pendidik, apapun resikonya.
Realitanya, dunia pendidikan memang banyak sekali lika-likunya. Apalagi jika sudah membahas tentang siswa. Ada-ada saja tingkah lakunya. Setiap siswa yang berbeda dan memiliki ciri khas masing-masing, dapat memantik hal-hal diluar nalar yang mungkin terjadi.Â
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, siswa memiliki potensi, baik positif maupun negatif. Potensi yang bisa melahirkan berbagai macam tantangan bagi guru yang mendidiknya.
Tak sedikit siswa yang melanggar norma, aturan, dan sopan santun di sekolah. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi guru setiap harinya. Sayangnya, penanganan guru terkadang tak cukup untuk mengatasinya. Guru membutuhkan dukungan, guru membutuhkan teman diskusi, dan guru membutuhkan bantuan. Dari mana dukungan, teman, dan bantuan itu datang?
Tak bisa dipungkiri, orangtua adalah partner guru terbaik dalam mendidik. Oleh karenanya, segala hal tentang proses mendidik di sekolah, sudah sepatutnya diketahui orangtua. Baik itu hal yang baik, maupun hal yang buruk.Â
Komunikasi dua arah menjadi hal yang perlu dikedepankan. Langkah yang tepat dan tata cara yang baik dalam komunikasi yang dilakukan antara guru dan orangtua sangat diperlukan.
Guru harus pintar-pintar mengatur strategi ketika berkomunikasi dengan orangtua. Ketika harus menyampaikan berita buruk yang terjadi tentang siswa, persiapan guru harus benar-benar matang. Data dan sumber yang mendukung berita yang akan disampaikan harus disiapkan.
Jika diperlukan, orang-orang yang bisa mendukung penyampaian berita buruk bisa dihadirkan untuk dimintai pandangannya. Tujuannya, agar segala sesuatunya bisa dilihat dari berbagai sisi, dan secara lebih komprehensif. Intinya, guru harus menjadikan penyampaian berita buruk kepada orangtua, justru akan menghasilkan sesuatu yang baik baginya.