Ketika melakukan itu semua ada satu hal yang perlu diingat. Anak adalah harta yang paling berharga bagi orangtuanya. Tak ada orangtua yang senang mendengar berita buruk tentang anaknya.
Namun, semua orangtua pasti akan merasa senang ketika ada orang yang memperhatikan anaknya, mencarikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi anaknya. Pola pikir seperti inilah yang perlu dihadirkan ketika guru harus menyampaikannya berita buruk kepada orangtua.
Sebenarnya, menyampaikan berita buruk tentang siswa itu sederhana. Apalagi jika disertai dengan data pelengkap yang menunjang. Semua semestinya bisa berjalan lancar.
Namun terkadang ada respon yang berlebihan dari orangtua. Hal inilah yang berpotensi besar memunculkan kesalahpahaman antara guru dan orangtua. Seyogyanya, guru perlu membaca dan memahami dengan baik respon orangtua seperti apa yang akan ia hadapi.
Jika respon orangtua tidak sesuai dengan yang diharapkan guru, maka hal ini bisa membuat sesuatunya tidak mengenakkan setelahnya. Niatan baik guru untuk mendiskusikan solusi untuk permasalahan siswa, terkadang tertutupi oleh tersulutnya emosi. Baik emosi orangtua ataupun emosi guru itu sendiri.
Dengan hadirnya emosi, komunikasi yang efektif tidak akan terjadi. Apalagi jika guru dan orangtua sama-sama emosi, bukan solusi yang didapatkan tetapi justru akan semakin memperkeruh suasana. Jika sudah seperti ini, tidak ada yang akan mendapatkan manfaat.
Dalam penyampaian berita buruk, pihak orangtua yang paling rentan tersulut emosinya. Oleh karenanya, peran guru penting disini. Guru harus tenang ketika berkomunikasi dengan orangtua. Guru harus siap menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Guru harus berempati dan peduli terhadap apa yang mereka hadapi.
Pastinya tidak mudah bagi orangtua mendengar berita buruk tentang anaknya. Ketenangan, kehangatan, empati, dan kepedulian guru menjadi kunci menenangkan mereka. Ketenangan orangtua sangatlah penting, agar mereka dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara yang baik, bukan dengan cara yang meledak-ledak, apalagi dengan mengedepankan emosi.
Ketenangan orangtua tidaklah cukup. Ketenangan juga harus diiringi dengan pemahaman. Orangtua mesti memahami akan maksud baik guru. Memahami bahwa penyampaian berita buruk ini semata-mata untuk kebaikan siswa, bukan pembelaan guru diri, apalagi menyalahkan orangtua.
Membuat orangtua memahami niat baik guru memerlukan proses yang panjang. Proses memahami ini, tidak terjadi secara instan. Jika guru dan orangtua telah membangun komunikasi intensif sebelumnya, potensi untuk terjadinya kesalahpahaman akan terminimalisir.
Inilah sebenarnya mengapa salah satu tugas utama guru adalah untuk selalu berkomunikasi intensif kepada orangtua. Komunikasi tidak hanya terjadi ketika dibutuhkan, tetapi komunikasi adalah sebuah kebutuhan dalam mendidik. Kebutuhan yang perlu dilakukan sesering mungkin. Dalam setiap situasi dan kondisi, dan tidak perlu menunggu sesuatu hal terjadi.