Pasca Ramadan, waktunya kita merindukan kembali kedatangannya. Karena, bulan suci Ramadan selalu membawa warna yang berbeda. Ada cerita, kisah, dan pengalaman baru yang selalu manis untuk dikenang kemudian. Rasa lapar, haus, letih dan lelah selalu diiringi dengan kegembiraan, kesenangan, semangat dan gelora dalam mengisi hari-hari yang penuh keberkahan.
Begitu pun tahun ini. Setidaknya, Ramadan tahun ini berbeda dari Ramadan dua tahun sebelumnya. Dua tahun sebelumnya kita melewati Ramadan dengan keprihatinan, kesendirian, dan kesepian. Pandemi membuat kita mati kutu, tak bisa banyak berbuat dan bergerak. Kita hanya duduk manis di rumah sambil menunggu waktu berbuka.
Ramadan tahun ini seolah semua kembali seperti masa sebelum adanya pandemi. Riuhnya Ramadan bisa kita rasakan lagi. Masjid-masjid ramai dikunjungi lagi. Sahut-menyahut lantunan ayat suci Al-Quran terdengar lagi. Jalan-jalan dan pasar-pasar dipadati lagi. Belum lagi kegiatan khas Ramadan, seperti berburu takjil, ngabuburit, atau buka puasa bersama, semua bisa kita lakukan lagi.Â
Apakah ini pertanda pemulihan? Tentunya itu yang kita harapkan. Tanda-tandanya sudah ada, walaupun masih tersisa kecurigaan. Pada konferensi pers (26/04/2022) terakhir, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa ada tren penurunan kasus positif dan kematian Covid-19 di seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa hal ini adalah kabar gembira, tetapi harus disikapi dengan hati-hati.Â
"Karena banyak negara mengurangi pengujian, WHO semakin sedikit menerima informasi tentang penularan dan pengurutan. Hal ini membuat kita semakin buta terhadap pola penularan dan evolusi," ujarnya memberi peringatan.
Meskipun bahaya masih mengintai, rendahnya kasus penularan akhir-akhir ini membuat masyarakat lebih berani. Apalagi, sejarah varian omicron beberapa waktu lalu, tidak terlalu mengkhawatirkan. Bila terinfeksi, hanya akan merasakan gejala ringan, dan kasus kematiannya pun relatif rendah. Hal ini diperkuat  dengan laju angka vaksinasi yang sudah lumayan tinggi. Bahkan sudah banyak masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin ketiga sebagai booster.
Memperhatikan itu semua, masyarakat lebih berani berkumpul untuk melakukan kegiatan bersama. Ada yang masih bermasker, menjaga jarak, dan membawa hand sanitizer, tetapi banyak juga yang sudah bablas, tanpa masker, tanpa jarak, apalagi membawa hand sanitizer. Banyak kalangan masyarakat yang benar-benar sudah merasa bahwa kita sudah pulih dari pandemi dan kita berada pada masa transisi menuju fase endemi.
Kedatangan bulan suci Ramadan di saat masa kondusif seperti ini menjadi berkah tersendiri. Bulan Ramadan memang sejatinya bisa dijadikan momen pemulihan. Baik pemulihan fisik maupun pemulihan mental.Â
Pemulihan fisik dilakukan dengan cara memperkuat imun tubuh dan terus menjaga kesehatan. Pola hidup sehat yang diterapkan juga menjadi kunci terjaganya tubuh dari segala macam penyakit.
Di bulan Ramadan juga kita makan lebih teratur dan tepat waktu. Kita juga tidak makan secara berlebihan. Selain itu, di bulan ini juga organ pencernaan seolah istirahat sejenak dari kerja kerasnya setiap hari. Semua itu diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi dan mengandung nutrisi yang seimbang.