Haji Udin sedang mengajari anaknya membaca Al-Quran di bulan Ramadan. Haji Udin berkata:
-Nak, mengapa kamu hanya mau belajar Al-Quran di bulan Ramadan?
-Kan Abah yang bilang sendiri, jangan sampai kita menjadi orang yang rugi.
Haji Udin bingung mendengar jawaban anaknya. Lalu, ia mengonfirmasi:
-Belajar Al-Quran bagaimana bisa rugi.
-Ya rugi Abah, karena belajar Al-Quran di bulan lain tidak mendapat pahala berlipat layaknya di bulan Ramadan.
Jawaban anak Haji Udin memang lugu, tetapi jika kita telisik, mungkin ada sisi benarnya.Â
Coba kita perhatikan, di bulan Ramadan banyak orang yang membaca Al-Quran. Di setiap masjid, siang dan malam, suara tadarus Al-Quran bersahut-sahutan.
Ironisnya, di bulan-bulan yang lain, kita tidak melihat pemandangan yang sama. Bagi sebagian orang, membaca Al-Quran mungkin bisa saja terlupakan karena sibuknya pekerjaan.Â
Bahkan terkadang Al-Quran hanya menjadi barang hiasan yang menjadi pajangan di rumah, tanpa pernah dibuka, apalagi dibaca.