Sebagai contoh, misalnya siswa ingin memadamkan api. Sekilas dia berpikir bahwa api dipadamkan dengan cairan. Kemudian dia mencoba memadamkan api dengan menggunakan cairan alkohol.Â
Ini dilakukannya karena ada pengetahuan yang kurang. Siswa tersebut belum mengetahui jika alkohol adalah cairan yang mudah terbakar. Ketika melakukannya, siswa akan belajar hal yang belum diketahui sebelumnya tersebut, dan ini menjadi refleksi momen aha baginya.
Ketiga, sloopy mistakes (kesalahan ceroboh). Kesalahan ini terjadi saat siswa melakukan sesuatu yang sudah diketahuinya, tetapi siswa melakukannya dengan cara yang tidak benar. Mungkin disebabkan karena mereka kehilangan konsentrasi ketika melakukannya.Â
Kita semua terkadang membuat kesalahan ceroboh karena kita manusia. Namun, ketika kita membuat terlalu banyak kesalahan ceroboh, terutama pada tugas yang ingin kita fokuskan pada saat itu, itu menandakan perlunya kita untuk meningkatkan fokus, proses, keadaan lingkungan, atau kebiasaan kita.
Keempat, high-stakes mistakes (kesalahan berisiko tinggi). Sebenarnya, semua kita tidak ingin melakukan kesalahan ini karena itu akan menjadi bencana besar dalam kehidupan. Kita seharusnya menerapkan proses untuk bisa meminimalkan kesalahan yang berisiko tinggi.Â
Kita juga ingin menjelaskan kepada siswa tentang mengapa kita tidak ingin perilaku pengambilan risiko dan eksperimen dalam situasi ini, dan bagaimana hal-hal tersebut berbeda dari tugas-tugas yang hanya berorientasi pada pembelajaran, karena ini tentang kehidupan.
Selain situasi yang mengancam kehidupan, terkadang kita dapat menganggap situasi yang membutuhkan sebuah performa sebagai sebuah kesalahan berisiko tinggi.Â
Misalnya, jika kuliah di perguruan tinggi bergengsi penting bagi seorang siswa, maka mengikuti ujian masuk universitas bisa menjadi suatu hal yang berisiko tinggi baginya. Situasi ini membuat siswa tersebut harus menunjukkan performa baik dalam ujian tersebut karena hal tersebut memiliki konsekuensi penting dalam kehidupannya.
Setelah memahami keempat jenis kesalahan, guru harus mampu mengambil inti dari semua itu. Intinya, kesalahan itu tidak semuanya diciptakan sama, dan tidak selalu diinginkan. Selain itu, belajar dari kesalahan tidak semuanya bisa dilakukan secara otomatis.Â
Oleh karenanya, guru perlu merenungkan jenis-jenis kesalahan yang mungkin dilakukan siswa dan mencoba mengambil pelajaran darinya. Jika guru bisa lebih tepat dalam memahami kesalahan dan bisa menjelaskan dengan baik kepada siswa, itu akan meningkatkan pemahaman, dukungan, dan kepercayaan diri siswa sebagai pembelajar.
Alhasil, mindset memiliki peranan penting dalam mengarahkan bagaimana kita memandang sesuatu. Cara pandang akan menentukan bagaimana kita akan bertindak.