Ya, dari narasi yang saya jabarkan di atas, postingan Anies pagi ini, bisa saja dimaknai provokatif, atau memiliki makna dalam secara politis. Baik yang pro maupun yang kontra dengan Anies pastinya memiliki pembenaran masing-masing akan makna politis dibalik postingan itu.
Politik memang seperti itu, tak ada yang mau kalah dan mengalah, semua maunya benar. Oleh karenanya, saya akan mencoba memaknai postingan Anies itu dari sisi yang berbeda.
Ada tiga hal berkenaan dengan postingan itu yang ingin saya sampaikan.
Pertama, saya ingin mengulas sedikit caption yang ditulis Anies di bawah foto yang diunggah. Disitu tertulis, "Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi."
Hari Minggu adalah hari yang spesial, hari dimana kita bisa menikmati waktu dengan santai, tanpa harus berkutat dengan kesibukan pekerjaan.Â
Hari minggu memang perlu kita nikmati, tetapi bukan berarti waktu akan terbuang tanpa makna. Kebanyakan orang memanfaatkan hari Minggu untuk bercengkrama bersama dengan keluarga. Tak sedikit juga orang-orang yang menyalurkan hobinya di hari ini.
Pada postingan ini, Anies mengingatkan kita untuk tidak lupa meluangkan waktu untuk membaca. Di hari kerja, mungkin tak banyak waktu yang bisa kita sisihkan untuk membaca. Di hari Minggu inilah waktu yang paling tepat untuk kita bisa membaca. Apalagi jika membacanya dengan keluarga, lengkaplah sudah.
Kedua, saya ingin mengulas dari sisi pakaian yang dikenakan Anies. Perpaduan baju koko dan sarung, ditambah dengan buku tentang demokrasi menunjukkan kekentalan keislaman yang intelek dari Pak Anies.
Makna yang saya pahami adalah mungkin Anies ingin menegaskan bahwa nilai-nilai agama dan demokrasi harus bisa berjalan dengan selaras. Demokrasi kita adalah demokrasi yang berdasarkan pancasila. Pancasila itu menunjukkan bahwa kita berketuhanan. Artinya, demokrasi harus berdasarkan kepada agama, dan nilai-nilai religius yang ada di dalamnya.
Ketiga, saya ingin mengulas buku yang sedang dibaca Anies. Buku itu berjudul "How democracies die" karya dari Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Keduanya adalah akademisi dari Universitas Harvard di Amerika Serikat (AS). Buku ini diterbitkan pada tahun 2018.
Ketika melihatnya, saya tertarik dengan buku tersebut, dan saya mulai membacanya siang ini. Ketika menulis artikel ini, saya hanya baru menyelesaikan membaca bagian pembukaan dari buku tersebut.Â