Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari untuk mengenang pertempuran Surabaya. Pertempuran antara arek-arek Surabaya, dengan tokohnya Bung Tomo, melawan tentara Britania Raya dan Belanda.
Di setiap upacara peringatan Hari Pahlawan, selalu dibacakan pesan-pesan heroik dari para pahlawan. Inilah salah satu penggalan pesan heroik dari Bung Tomo ketika berpidato di perang Surabaya, "Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga."
Membaca pesan ini, terasa sekali jiwa kepahlawanannya yang gagah dan berani dalam melawan dan mengusir penjajah. Kita beruntung pernah memiliki sosok-sosok pemberani. Bung Tomo hanyalah salah satunya. Ada banyak orang-orang seperti Bung Tomo pada masanya. Ada yang dikenal, ada yang tidak dikenal. Karena jasa merekalah kita merdeka. Merekalah para pahlawan bangsa.
Arti dan Makna Pahlawan
Merujuk pada Wikipedia, secara etimologi, asal kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta, yakni, phala-wan. Kata phala-wan berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama.
Kata pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Jika kita gabungkan, arti kata pahlawan memiliki dua kata kerja, menghasilkan dan menonjolkan. Yang dihasilkan dan ditonjolkan adalah kualitas diri, keberanian, pengorbanan, dan perjuangan. Semua itu dilakukan untuk bangsa, negara, dan agama, serta untuk membela kebenaran.
Pahlawan kemerdekaan, menonjolkan kualitas diri, keberanian, pengorbanan, dan perjuangan. Kita bisa melihat bagaimana keberanian Bung Tomo membakar semangat arek-arek Surabaya. Kita bisa juga melihat bagaimana pengorbanan Jenderal Sudirman bergerilya melawan penjajah. Kita juga tahu perjuangan dari pahlawan-pahlawan nasional yang lain. Perjuangan mereka akhirnya menghasilkan kemerdekaan untuk bangsa dan negara kita.
Di zaman kemerdekaan, kita tidak lagi berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah. Akibatnya, kualitas diri, keberanian, pengorbanan, dan perjuangan sulit untuk dilihat. Kalaupun ada, semuanya menjadi sesuatu yang sulit untuk diukur dan mungkin bersifat sangat subjektif.
Kualitas diri, keberanian, pengorbanan dan perjuangan seseorang siapa yang tahu. Persepsi seseorang atas semua itu berbeda-beda. Oleh karenanya, terkadang ada sedikit ketidaksepakatan ketika menentukan seseorang layak dijadikan pahlawan atau tidak.
Menurut saya, yang menentukan adalah hasil dari apa yang sudah dilakukannya. Oleh karenanya, seorang pahlawan bukan hanya menonjolkan sesuatu tetapi harus juga bisa menghasilkan sesuatu, harus ada karya nyata yang bisa kita nikmati.