Kemarin saya bertanya kepada siswa, "Kalau kalian harus memilih, mau liburan selama satu bulan lalu setelahnya ujian atau liburan selama dua minggu saja tetapi setelahnya tidak ada ujian?"
Kebanyakan siswa memilih liburan selama dua minggu saja daripada liburan selama sebulan tetapi setelahnya ada ujian. Sebenarnya, hasil ini tidak mengagetkan. Hasil ini sesuai dengan yang diprediksikan.Â
Kebanyakan kita memang lebih suka hidup tanpa beban, bebas, dan tanpa tekanan. Liburan panjang dibebani dengan ujian lebih memberatkan. Lebih baik memilih liburan yang lebih pendek tapi tanpa beban. Itulah mindset kita.
Mengondisikan Mindset
Mindset memainkan peran penting dalam manajemen waktu. Waktu itu bernilai bukan karena panjang pendeknya atau lama sebentarnya.Â
Bernilainya waktu sangat bergantung dengan mindset yang ada di kepala kita. Untuk bisa mengelola waktu, yang harus dilakukan adalah memahami mindset tentang waktu.Â
Bagi anak-anak, main games seharian terasa begitu cepat, sedangkan untuk belajar yang hanya satu jam terasa lama sekali dan membosankan.Â
Inilah kebanyakan pola pikir (mindset) anak-anak. Lebih suka bermain, bersenang-senang daripada harus belajar dan bekerja keras.
Lalu, apakah mindset itu bisa diubah? Sudah pastinya bisa, walaupun tidak mudah. Pada dasarnya, mindset itu sesuatu yang bisa dikondisikan. Pengondisian bisa merubah mindset seseorang. Takut menjadi berani, tak semangat menjadi semangat, tak termotivasi menjadi termotivasi. Secara umum, fixed mindset bisa diubah menjadi growth mindset.
Saya menyadari akan hal ini ketika saya mengajarkan anak saya naik sepeda. Pada awalnya, anak saya masih menggunakan sepeda dengan roda empat.Â